0062 8119985858 info@sarahbeekmans.co.id

“To tend with love is to know not only when to act, but when to let your hands rest.”

 

Stroller bayi itu berwarna abu-abu tua, dengan selimut rajutan tangan yang menggantung sedikit di pinggir, seperti awan kecil yang menangkap pagi. Roda-rodanya bergerak nyaris tanpa suara, seolah mengerti bahwa bayi di dalamnya sedang belajar tidur, belajar tentang dunia, dan belajar tenang.

 

Sang ibu mengenakan jacket wool biru lembut, rambutnya digelung sederhana dengan beberapa helai terlepas dan jatuh lembut di pelipis. Wajahnya tenang, matanya tak henti menatap stroller dengan kelembutan yang nyaris seperti doa.

 

Ketika senandungnya berhenti, ia menatap bayinya dalam-dalam. Ada jeda. Lalu senyum kecil muncul di wajahnya, diikuti usapan lembut di pipi mungil itu. Saya menoleh pada Michael. Ia berbisik, “Sometimes, stopping is also part of the song.” Kalimatnya sederhana, tapi dalam.

 

Saya mengangguk pelan. Dalam diam setelah nyanyian, ia memberi ruang untuk bernapas. Untuk memberi jeda. Untuk membiarkan bayi itu, dan mungkin juga kita semua, belajar bahwa hidup tak selalu harus diisi. Kadang, diam juga bagian dari merawat.

 

Ada hening yang singgah di sela dua bait senandung. Bukan kehampaan, melainkan ruang yang memberi napas baru, seperti sela di antara ombak yang memberi laut waktu untuk tenang.

 

Di antara getar tram dan aroma pagi yang belum selesai, saya mulai menyadari bahwa merawat bukan sekadar tentang memberi terus-menerus, tetapi juga tentang tahu kapan menepi.

 

Ada kalanya kita perlu berhenti sejenak untuk mengisi ulang ruang dalam diri, tempat di mana cinta disimpan dan dipelihara, agar ia tetap hangat dan tidak mengering saat dunia kembali memintanya hadir.

 

“Love is not always in what we give, but in the stillness we allow.”

Part 14.

Bagikan ini:
error: Content is protected !!