0062 8119985858 info@sarahbeekmans.co.id

“Yesterday is history, tomorrow is a mystery, but today is a gift. That is why it is called the present.”

Bil Keane

 

Pagi ini adalah hari pertama saya memulai short course . Di saat memasuki kelas langsung terlihat perempuan setengah baya, umurnya mungkin double dari umur saya pada waktu itu, yang memang masih sangat kinyis-kinyis.

 

Ni sa bula, nama saya Sarah, boleh saya duduk di samping kamu?”, sambil membungkukkan sedikit badan, tersenyum dan memandang wajahnya yang sangat bersahabat. “Saya Rosie, tentu saja, silakan duduk“ perempuan berwajah manis dengan rambut hitam ikal yang lebat serta kulit kecoklatan tersenyum penuh kehangatan.

 

Setelah kelas selesai, Rosie menepuk punggung, ”Sarah, mari saya ajak kamu keliling kota Nadi hari ini. Tetapi  kita mampir ke rumah kakak saya dahulu untuk menjemput anak yang saya titipkan disana. Kebetulan keponakan  yang sekolah di New Zealand lagi pulang ke Fiji dan anak saya sangat dekat dan mengidolakannya.”

 

Kami  lalu menaiki mobil menuju ke sebuah bangunan tempat tinggal yang sangat megah di kelilingi dengan taman yang teduh oleh rimbunnya pepohonan. Rosie membunyikan bel dan tampak lelaki yang memakai Sulu dan menggendong anak kecil membuka pintu.

 

Disaat kami saling bertatapan mata, saya kaget dan meloncat satu langkah ke belakang, Vin Diesel rasa caramel macchiato ada di hadapan saya.

Bula, Hello Tiny” Jos tertawa lebar dan saya pun ikut tertawa. “Hey Jos, kamu kenapa ada di sini ?”

“Tentu saja karena saya tinggal di sini. Pertanyaannya, kamu kenapa ada di sini ?” Tertawa penuh kemenangan.

“Lho kalian saling kenal?” kata Rosie dengan raut wajah kaget bercampur bingung.

“Tidak hanya saling kenal, saking akrabnya, dia bahkan tahu ukuran celana saya.Silahkan tanya saja kalau tidak percaya, Aunty Rosie”, Jos dengan raut wajah cengengesan disertai boyish look-nya kembali tersenyum lebar.

 

“Rosie, Josateki penjaga toko yang saya ketemu kemarin sore” Mencoba mengalihkan pembicaraan.

 

“Dia bukan penjaga toko, itu toko ayahnya. Oh ya, Teki, saya mau mengajak Sarah jalan-jalan keliling kota Nadi sore ini”, jelas Rosie.

 

“Tidak usah Aunty Rosie, saya saja yang mengajak jalan. In fact, saya akan menjadi guide dia selama dia disini, bukankah begitu, Tiny ?”

“Nama saya Sarah, bukan Tiny” Menjawab dengan nada tegas dan sorot mata serius.

 

“Tiny punya double meaning karena kamu memang Tiny dan juga singkatan dari destiny. You are my destiny. Saya juga tidak protes kamu panggil Jos, seluruh orang di muka bumi ini memanggil saya Teki. I like Jos, it feels so special” Josateki tak henti menyerocos panjang lebar.

 

“Sebenarnya saya mau memanggil kamu Sate, tapi nanti mengingatkan akan makanan kesukaan saya dI Indonesia yaitu daging di tusuk dan di grill” Melepaskan senyum dengan sinar mata iseng

“By the way, Jos, kamu tahu tidak kalau kamu itu camera?”

“Oh, how come?”

“Karena setiap kali saya melihat kamu, saya pasti selalu tersenyum”

 

“Dan kamu adalah Indian movie, Tiny”, balas Josateki tak ingin kalah dalam perang pick up lines.

“Karena?”, tanya saya sambil tertawa karena tahu dia akan membalas dengan rayuan pulau kelapanya.

Because, I could watch you for hours. Anyway, Tiny seperti janji  kemarin saya akan ajarkan kamu cara bahagia ala Fijian,” Josatekimengingatkan janjinya kepada saya dengan tatapan mata dipenuhi pancaran kebahagiaan.

“Oh kalian berdua are so lame and cheesy”,Rosie ikut tertawa mendengarkan percakapan kami.

 

Kami lalu keluar bersama Aunty Rosie dan mengantarnya sampai ke mobil. Sebelum berpisah tak lupa Jos mencium kening keponakannya yang terlihat sedih melihat pamannya beranjak pergi.

 

Saya dan Jos lalu menuju Pantai Wailoaloa yang letaknya hanya sekitar 10 menit dari Nadi Airport . Pantai indah dengan tepian pasir yang berubah menjadi warna pink. Langit  pun nampak menjadi warna ungu di saat lembayung sutra berangsur lenyap dengan cercahan warna orange senjanya yang khas.Oh My, what a view !

 

Sesampainya disana, kami  berjalan menyusuri pantai dan saya pun berkata kepada Josateki, “Indah tak terkira, perpaduan semburat orange,pink dan ungunya, Jos.”

 

“Tiny, saya sangat menikmati senja di pantai ini sejak kecil. Kamu tahu kenapa senja di depan mata kita lebih cantik saat ini di bandingkan jika moment ini di abadikan ke dalam foto bahkan oleh photographer ternama atau camera termahal sekalipun.”

 

“Pejamkan mata kamu dan buka lagi secara perlahan, sambil menarik nafas dalam-dalam dan keluarkan nafas secara slowly,” Jos melanjutkan.

 

Saya mengikuti perintahnya dan di saat  membuka kedua kelopak mata , seketika saya merasakan pemandangan yang sangat damai merasuk  kedalam sanubari yang paling dalam.

 

“Di dalam foto,  tidak akan pernah bisa mengcapture bunyi gemericik air yang saling bersahut sahutan, Jos”, Berkata setengah berbisik takut mengganggu heningnya suasana saat  menikmati suara tetesan gemericik air.

“Tidak akan pernah bisa terdengar bunyi kepakan sayap burung di langit yang indah kemilau”, Jos menambahkan dengan ikut berbisik.

“Juga desiran angin yang mendayu-dayu”, saya melanjutkan

“Dan hempasan riak ombak”, tambah Jos.

“Yang bergulung ramah”, sahut saya.

“Dengan sangat syahdu”, Jos menutup baris kalimat indah tersebut.

So living in the moment sebelum waktu itu merayap pergi, Tiny.”

 

Pepatah oh pepatah,

“Katanya waktu adalah uang, kalau teman kamu diajak keluar bilangnya tidak ada waktu berarti dia lagi tidak ada uang.”

 

fiji

Bagikan ini:
error: Content is protected !!