“One of the hardest thing in life is the patience to wait for the right moment.” David G. Allen
America terkenal dengan restoran fast foodnya yang bertebaran hingga ke seluruh penjuru dunia dan pelopornya adalah Allen and Wright atau A&W di Sacramento dan tak lama kemudian diikuti oleh White Castle di Cincinnati.
A&W terkenal dengan menu frosty mugs-nya yang sangat delicious yaitu mug didinginkan terlebih dahulu lalu diisi dengan Root Beer on the spot di depan customer sedangkan White Castle dengan menu slidersnya yaitu hamburger berukuran kecil yang berbentuk kotak.
Surprisingly, restaurant fast food tertua di dunia bukanlah berasal dari America tetapi dari Jepang yaitu Yoshinoya yang berarti rumah dari daerah Yoshino karena pendirinya berasal dari Yoshino-cho, Osaka, dan ‘Ya’ berarti rumah.
Restaurant ini terkenal dengan menu gyudon dengan suguhan irisan tipis daging sapi yang lembut berpadu dengan aroma kecap asin dan gula ditaruh di atas nasi hangat yang masih mengepul.
Setelah 70 tahun, akhirnya restaurant yang berawal di pasar ikan Nihonbashi beralih ke system franchise yang terinspirasi akan boomingnya fast food chain di America.
Sore itu saya, mbak Yovi, Dion dan mbak Ayuk terlena akan keindahan kota Fukuoka hinga tanpa terasa melewatkan waktu makan siang. Saat tersadar akan waktu yang semakin sore, kami memutuskan untuk mencari restaurant dengan hidangan local terdekat.
Kami menyusuri jalanan di bawah terik matahari namun tetap terasa teduh karena mentari terkadang bersembunyi dibalik naungan awan. Dari kejauhan terlihat bangunan dengan logo ciri khas Yoshinoya dan kami bergegas melangkah mendekati bangunan tersebut.
“Yoshinoya!” Pekik kami sembari menunjuk dengan excited ke restaurant yang sudah melimpah ruah di seantero Jepang namun masih suatu hal yang istimewa di Indonesia waktu itu. Kami berempat memasuki restaurant dengan hati yang berbunga-bunga. Saat itu suasana sangat lengang karena jam makan siang sudah lewat sehinga bisa bebas memilih tempat duduk.
Terlihat dari balik jendela para penduduk local lalu lalang dengan ciri khas melangkah dengan kecepatan tinggi seakan dikakinya ada roda. Kami juga disambut greetings dengan membungkukkan badan makin memperkuat vibes Jepang.
Setelah saya amati ada perbedaan yang sangat jelas antara Yoshinoya di Jepang dengan di Indonesia. Yoshinoya pada dasarnya adalah warteg ala Jepang karena menyediakan makanan fast food dengan harga murah, namun di Indonesia menjadi fast food untuk middle up bahkan pemilihan lokasinya pun terletak di dalam mall mewah.
itu, pengunjung restaurantnya lebih bersifat individu dan didominasi para pekerja pria kantoran. Mereka datang lalu dengan terburu-buru melahap satu mangkuk gyudon dan jarang terlihat wanita atau keluarga dengan anak-anaknya duduk menikmati santapan siang.
Hal sebaliknya terlihat di cabang Indonesia yang penuh senda gurau dan bercengkerama santai mulai dari sekelompok teman hingga keluarga dengan sanak saudara dari kakek nenek hingga cucu. Kami berempat membawa vibes senda gurau penuh kehangatan ala Indonesia tersebut ke dalam restaurant sehingga moment late lunch semakin terasa sempurna.
“ Wah, mbak Yov, Yoshinoya di Grand Indonesia Jakarta sampai mengular kemana-mana antriannya mbak. Mimpi makan disini dari duluuuuuu banget tapi belum kesampaian.”Saya menerangkan salah satu wish list dengan bibir monyong saat melantunkan huruf u-nya.
“Aku juga belum kesampaian karena di Jogja malah belum ada cabangnya lho, Sarah.” Mbak Yovi menimpali dengan senyuman yang bisa menyebabkan diabetes saking manisnya.
“Iya disini malah sepi yah. “ Mbak Ayuk berkomentar dengan menyunggingkan senyumannya yang juga semanis gula. Saat kami mulai menikmati gigitan pertama, tanpa perlu dikomando berempat serempak berkata ‘hmmmm’ dan mengakui bahwa ini adalah moment lunch terindah selama perjalanan kami di Fukuoka. Buah kesabaran yang akhirnya membuat setiap capitan nasi berpadu dengan irisan daging terasa hangat hingga ke hati.
Masa penantian mengajarkan kesabaran dan membuat saya lebih menghargai saat moment itu datang. Life doesn’t work according to my wishes. It has its own timeline for things to happen.
Dear me, don’t lose heart if you have to wait for things to happen. When something takes long, it wants you have it in its best form with your perfect companions. I am lucky enough because my wish has been granted and bisa menikmatinya bersama mbak Yovi, Mbak Ayuk and Dion.
Patience is they key, because when the right time comes, it will be very beautiful and totally worth the wait.”
Unknown
May 25th, 2022