0062 8119985858 info@sarahbeekmans.co.id

“Every depression started getting worst by the people who refused to listen more. Until someone is killed, or someone committed suicide, then we realized that we are also part of the problem.  Being kind is more important than being right.”

Anastasia Re – An abstract landscape painter

 

Henri Émile Benoît Matisse adalah  salah satu pelukis modernis terkemuka. Ia berkata bahwa seni seharusnya seperti good arm chair yang memberikan efek relaksasi dari kelelahan fisik.

 

Bagi para penggemarnya, Baltimore adalah kota tempat menikmati sebagian besar karya-karyanya yang disimpan di Museum Seni Baltimore.  Semua berkat duo sosialita yang Matisse refer sebagai my dou Baltimore friends yang membeli ratusan lukisannya.

 

Salah satu mahakaryanya yang tersimpan disana adalah Large Reclining Nude. Terkesan semakin special karena  selama pengerjaan lukisan tersebut, Matisse mengirimkan semua tahapan proses melukisnya ke mereka.

How romantic is that !

 

Dibalik sisi romantisme, kota Baltimore diliputi oleh fakta yang  menyedihkan.

Walau pun  dihuni oleh lebih dari 60 persen  warga African American, tapi tingkat taraf hidup mereka sangatlah jauh dibandingkan warga kulit putih yang bermukim di sana.

 

Angka penganguran sangatlah tinggi yang dipengaruhi oleh  banyaknya warga Baltimore yang berada di penjara. Bahkan lebih dari sepertiga penghuni penjara di Maryland berasal dari Baltimore.

 

Wangi semerbak berasal dari kelopak bunga yang bermekaran di musim panas sangat terasa pagi itu.   Saya dan Daniel sedang menikmati jalan santai ketika handphonenya berdering.

 

“Ayo, Sarah. Kita diundang oleh sahabat saya untuk datang ke kelasnya.” Berjalan menuju mobil yang diparkir tidak jauh dari running track.

 

Now ? tapi saya masih mengenakan baju jogging dan sepatu dengan clasp hello kitty. Sangat tidak professional. Ia mengajar apa ?” Dengan wajah penasaran.

“Sama seperti saya, ia mendedikasikan ilmunya untuk kaum minority yang tak mampu. Kelasnya tentang depresi.“

 

“Apakah tentang yoga dan cara bernafas yang dalam serta bagaimana cara menyatu dengan alam  menjadi satu  harmony ?” Saya  mempraktekkan posisi meditasi sambil menutup mata dan mengatupkan lengan ke dada.

 

“Kamu lihat saja nanti. Ia seorang dokter dan professor.”

Setelah sampai di pintu kelas, ruangan sudah dipenuhi oleh para African american yang mayoritas adalah wanita.

“Baju saya seperti ini, saya tunggu di luar saja.”

“Kamu kan suka belajar. Ilmu sangat berharga ini hanya ada di faculty of medicine. Ayo, pakai jas dokternya George saja.”

 

Jasnya  terlihat kedodoran ditubuh mungil saya sehingga saya pun tertawa cekikikan.  “Sarah, nothing lights me up inside like seeing you giggle.“ Daniel  menatap dengan mata hazelnya yang jernih dan  tersenyum melihat penampilan saya.

 

“Ah, and look at you. You can make any outfit look amazing. Oh, wait and with your angelic smile, it’s hard to care about the outfit anyway.” Saya menangkis sweet talknya dengan santai.

 

Kami mengendap-endap masuk ke dalam namun tidak berhasil karena George langsung menyadari kedatangan kami. Ia melepaskan senyum se-angelic senyuman Daniel yang boyishly handsome.

 

George lanjut memaparkan mengenai materi depresi. Ternyata saya totally wrong, depresi bukan hanya tentang meditasi dan bisa terjadi pada tingkat economy mana pun dan kepada siapa pun.

 

Namun akan semakin menghancurkan kesehatan mental jika  berada di dalam tiga lingkaran yaitu as a woman ,for being minority and poor.  Sepanjang kelas saya terganga akan banyaknya hal yang  membuka cakrawala mengenai ilmu depresi.

 

Lorong waktu akan masa itu kembali muncul  disaat saya membuka facebook timeline beberapa  hari yang lalu.  Salah satu teman yaitu mbak Anastasia membahas tentang pentingnya to lend an ear dan bagaimana menyalurkan  segala rasa lewat seni.

 

Ketulusan hati dan dedikasinya untuk membagikan pengalaman dan expertisenya, mengingatkan saya akan George.  Di America, ilmu ini tidak hanya bernilai  ribuan dollar juga tidak semua mempunyai akses  untuk mempelajarinya.

 

Hanya mahasiswa fakultas kedokteran yang mempunyai privilege walau pun seharusnya  wajib dipelajari oleh semua orang terutama wanita, karena merekalah yang paling rentan akan masalah depresi.

 

Dear Mbak Anastasia, you’re truly an inspiration.

 

“Di kelas Art Therapy kita bisa belajar bersama melalui seni juga melalui saling mendengarkan dan berhenti menginvalidasi kondisi emosional orang lain dalam kotak benar atau salah, hitam atau putih.  Kenali emosimu, akui dan terimalah dia agar dapat dikelola dengan proper. Stop bottling-up your emotions. Nanti jadi kebiasaan menyuruh orang lain berlaku hal yang sama karena diri sendiri juga tidak bisa menerima dan mengelola.”

Anastasia Re – An abstract landscape painter

 

March 25th , 2022

Bagikan ini:
error: Content is protected !!