“In this world, there is no force equal to the strength of a determined woman.”
Unknown
Disaat rembulan memancarkan cahayanya hingga nyaris menyongsong subuh , New York tetap tak kehilangan pendaran semangatnya. Seperti penggalan lagu Frank Sinatra yang legendaris ‘New York, New York’, kota ini tak pernah berhenti berdenyut hingga disebut sebagai ‘the city that never sleeps’.
“Big Apple” yang juga merupakan nama lain dari kota New York terbagi menjadi lima borough atau distrik yaitu The Bronx, Brooklyn, Manhattan, Staten Island, dan Queens.
Saya dan Lia sengaja memilih hotel di daerah Manhattan karena dekat dengan venue. Selain itu karena lokasinya sebagai pusat business dan perbelanjaan. Nama-nama jalan terkenal seperti Fifth avenue, Madison avenue , broadway, hingga wall street semua berada tak jauh dari hotel kami.
Sejak dari pagi Lia sudah memberitahukan rencananya ingin ke The Cube di Fifth Avenue, salah satu Apple store yang paling iconic di dunia.
“Ayo, kapan mau kesana, Lia ?” Saya bertanya dengan nada excited.
“Nanti malam jam 3 saja, Sar.”Ia menjawab dengan santai seakan jam tersebut adalah jam normal untuk jalan-jalan sembari shopping.
“Huh ? Niat banget jam bobo malah shopping.” Saya terperanjat atas semangatnya untuk kesana disaat seharusnya tidur pulas didalam kehangatan duvet yang empuk dan tebal.
“Sepi jadi enak shoppingnya, Sar.”
“Tidak pagi saja sekalian, setelah breakfast ? kan perut kenyang dan tidak sambil ngantuk-ngantuk kesananya” Saya mencoba merayu.
“Nggak, jam 3 yah, Sar.” Tetap teguh dengan pendiriannya.
Malamnya kami tidur cepat karena beberapa jam lagi sudah harus bangun untuk berangkat ke The Cube. Alarm berbunyi memecah keheningan malam. Saya pindahkan ke snooze mode karena mata masih terasa lengket sehingga susah dibuka namun terdengar Lia sudah loncat dari tempat tidur.
“Ayo Sar, sudah hampir jam 3. Tidur bisa di mana saja, kalau ke The Cube cuma bisa di New York” Lia membangunkan saya yang mencoba kembali ke dunia mimpi.
“Masih ngantuk banget.” Dengan suara parau dan setengah mengigau. Badan pun ikut serasa melekat di tempat tidur, ingin rasanya berubah pikiran. Namun melihat semangat Lia yang menggebu-gebu, saya beringsut keluar dari kehangatan tempat tidur.
Disaat menengok ke jendela terlihat ranting dan dedaunan pohon meliuk ke kiri ke kanan tertiup angin yang menderu kuat. Saya bergegas mengambil handuk untuk mencuci muka, sikat gigi dan beranjak turun secara terburu-buru karena melihat Lia sudah siap.
Saat menjejakkan kaki keluar dari pintu hotel, angin semakin kuat dan badan terhempas beberapa centimenter dari tempat saya berdiri.Kami langsung sigap melompat kedalam jok belakang taxi.
Tak sampai lima menit kami sudah tiba didepan gedung megah berlapiskan kaca. Mata saya akhirnya terbuka lebar karena takjub akan perubahan suasana. Terakhir ke daerah Fifth Avenue adalah sewaktu kuliah di Baltimore dulu.
Di dalam store, kami langsung terbius mengamati segala macam jenis gadget di genius bar dari ujung ke ujung. Mencoba segala kecanggihan technology dengan dilayani petugas yang ramah lalu kami keluar dan menikmati suasana subuh.
Masih terlalu pagi untuk melihat para New Yorkers berangkat ke kantor karena mentari pagi pun baru ingin menyingsingkan cahayanya dan keluar dari peraduannya. Setelah puas menikmati suasana subuh dengan hanya ditemani oleh burung merpati yang sesekali datang menghampiri, kami pun memanggil taxi untuk menuju pulang.
Lia turun duluan karena ingin membeli roti salmon yang katanya terenak di Manhattan dan saya lanjut menuju ke hotel. Sesampai di hotel, langsung ke restaurant menikmati sarapan pagi ala America dengan banyak pilihan mulai dari bagel, egg sandwich, bowtie pastry hingga pineapple bun.
Saya memilih bagel yang di atasnya diletakkan lox atau daging ikan salmon yang sudah diasap. Terselip cream cheese ala home made yang melimpah, irisan segar tomat serta bawang merah ditutup dengan warm chamomile tea. Oh heavenly delicious.
Perut terasa hangat dan bergegas menuju ke kamar. Ingin rasanya melanjutkan tidur karena acara tradeshow baru akan mulai agak siang. Disaat ingin melompat ke dalam tempat tidur, tiba-tiba teringat rencana menikmati mentari pagi di Central park.
Walau pun tempat tidur terasa empuk, teringat akan kegigihan Lia semalam. Seketika semangat langsung terkumpul, bergegas kebawah dan memanggil taxi.
Central Park, see you soon.
Dear Lia, the world needs determined women, women who live bravely, both tender and fierce, women with indomitable will and that is you.
“If a woman is sufficiently ambitious, determined and gifted, there is practically nothing she can’t do.”Helen Lawrenson
May 2nd, 2022