0062 8119985858 info@sarahbeekmans.co.id

“It’s not happiness that brings us gratitude. It’s gratitude that brings us happiness.”

 

Suara mesin cuci telah berhenti sejak tadi, meninggalkan keheningan yang terasa lebih nyata. Michael menatap lantai sejenak sebelum akhirnya berkata pelan, “Di negara saya, orang sering mengatakan bahwa kita hanya punya dua pilihan: mengeluh atau berterima kasih.”

 

Kata-katanya menggema di kepala, menampar lembut namun penuh arti. Saya mendongak, menatap langit-langit basement yang polos, lalu dengan senyum kecil berkata pelan, “Dan kamu sendiri, memilih yang mana?”

 

Michael menatap dan ekspresinya berubah lembut. “Saya belajar memilih untuk berterima kasih. Dulu, saya pernah melewati masa di mana rasanya semua hal berjalan salah. Pekerjaan hilang, teman menjauh, dan dunia terasa melawan.”

 

“Suatu malam, saya duduk sendirian di kamar gelap, bertanya-tanya kenapa hidup begitu keras. Tapi kemudian, teringat satu hal kecil, secangkir tea hangat di meja.” Michael melanjutkan ceritanya dengan suara lirih.

 

“Terkesan remeh, tapi malam itu saya hanya focus pada rasa hangat yang mengalir di tenggorokan. Dari situ, saya tersadar bahwa sekecil apa pun, selalu ada alasan untuk bersyukur. Dan rasa syukur itu memberi kekuatan untuk bangkit kembali.” Kini matanya kembali berbinar.

 

Ada kebenaran sederhana yang membuat saya terdiam, tenggelam dalam setiap baris kata yang dia ucapkan. Tak ada yang terburu-buru untuk bangkit, meskipun hari telah melewati batas senja.

 

Dalam keheningan itu, pelajaran sederhana ini terasa begitu cukup untuk menutup hari. Rasa terima kasih perlahan mengalir, mengisi setiap ruang hati yang kini terasa hangat, penuh, dan damai.

 

“When I started counting my blessings, my whole life turned around.” – Willie Nelson

Part 8.

Bagikan ini:
error: Content is protected !!