“Keep your eyes on the stars, and your feet on the ground”
Theodore Roosevelt – Writer who served as the 26th president of the United States
Sourcing at Magic adalah acara pameran fashion supply chain terbesar dan terlengkap di Amerika Utara yang berlangsung dua kali setahun, yaitu pada bulan February dan Agustus.
Tradeshow ini tidak hanya berfungsi untuk memperbesar networking professional di level international juga sebagai tempat inspirasi trend melalui prakiraan warna, design hingga technology terkini.
Las Vegas adalah kota tempat dilaksanakannya pameran Sourcing at Magic. Tidak hanya terkenal sebagai pusat judi dunia, juga mempunyai jalanan paling terang dengan tabung neon yang tak henti berkelap-kelip menerangi kegelapan malam.
Selain itu, Las Vegas adalah salah satu kota yang memperbolehkan meneguk alcohol di ranah publik asalkan jaraknya melebihi 300 meter dari rumah sakit, sekolah dan tempat ibadah.
Saya, mbak Rima dan Mbak Lina pada hari pertama pameran masih sibuk menata booth kami masing-masing. Kegiatan yang menguras waktu karena banyaknya barang yang kami bawa dari Indonesia.
Satu hal yang saya syukuri jika mengikuti pameran dagang B2B taraf international adalah para owner dari perusahaan besar ikut turun gunung. Sangat mudah berbicara dan belajar banyak dari mereka, termasuk di pameran kali ini.
Booth di depan saya adalah booth salah satu pabrik kain terbesar di Bandung. Tepat disampingnya adalah salah satu pabrik baju anak terbesar di Jakarta dan mensupply banyak toko di Tanah abang.
Tak jauh berjalan ,booth dengan posisi pojok terlihat paling lengang. Tak ada hiasan sama sekali di dinding atau pun product yang didisplay. Hanya terlihat satu buku panduan, dua box name card dan beberapa macam koleksi benang di atas meja.
Kami menghampiri dirinya yang terlihat hanya duduk santai dan langsung menyambut kami dengan senyuman hangat. “Pak, sedang apa ? Tidak display barang?” Saya bertanya karena ingin menjawab rasa penasaran melihat boothnya yang kosong melompong.
“Bapak productnya apa ? “ Mbak Riema ikut terheran.
“Oh pabrik kami produksi segala jenis kain katun. “
“Koq tidak dibawa productnya ?” Mbak Lina pun ikut penasaran.
“Oh ini bawa contoh benangnya, buyer sudah tahu kualitasnya kalau kita tunjukkan jenis benangnya.” Menerangkan dengan percaya diri namun tetap dengan intonasi humble.
“Huh ?Jauh-jauh ke Las Vegas cuma bawa benang saja ?”Saya semakin tercengang dan kami bertiga saling bertukar pandang sambil tertawa kecil. “Wah enak banget pameran tidak usah seperti kita yang geret-geret koper.”
“Lihat koper kita ukuran jumbo semua.”Kami serempak menjelaskan.
“Kalian juga pasti bisalah lebih baik dari sekarang.”Ia mencoba meyakinkan kami. “Amin, amin , kami aminkan yah , pak” Sambil menengadahkan tangan dengan posisi berdoa dengan khusyuk. Kami pun meninggalkan boothnya dengan raut wajah masih terpana.
“Hebat yah, ke Las Vegas seperti Jakarta ke Depok.” Kami pun kembali ke booth masing masing dengan wajah masih takjub.
Saya masih penasaran, lalu ke booth depan dan menyapa mereka. Kebetulan sang pemilik pabrik kain dari Bandung dan baju anak dari Jakarta sedang mengobrol santai. Saya menghampiri istri sang pemilik baju anak yang berasal dari Mainland China. Ia tidak bisa berbahasa Indonesia dan bahasa Inggris sehingga kami hanya bertukar senyum.
Saya menggunakan body language dengan mengacungkan ibu jari menunjukkan kekaguman akan kualitas baju yang mereka display. Pada akhirnya kami mengobrol berempat setelah para bapak memanggil kami untuk ikut mengobrol bersama.
“Wah hebat sekali sudah leading market tidak cuma di Indonesia tapi juga di luar. Bapak berdua juga tidak sombong padahal wow businessnya.” “Kamu pun pasti bisa. Yang penting tidak boleh sombong tapi harus selalu yakin kalau kamu hebat.”
“Sepaket berarti yah, Pak, percaya diri namun tetap rendah hati.”
Perbincangan singkat dengan mereka menyadarkan saya bahwa rasa sombong dan percaya diri berasal dari dua tempat yang sangat berbeda.
Kesombongan berasal dari adanya rasa hampa hingga butuh validasi dari orang sekitar. Sebaliknya, kepercayaan diri berasal dari adanya keyakinan sehingga tidak butuh validasi dari siapa pun.
Salah satu kunci keberhasilan mereka adalah keseimbangan antara being humble dan rasa percaya diri yang tinggi. Kedua hal tersebut harus selalu seia sekata dan seiring sejalan.
” Humility and humbleness are just as important as confidence! Those who are successful and respected in their field know how to balance them both.”
Unknown
March 26th , 2022

