“The best days often begin with a sense of anticipation and a heart open to adventure.”
Pagi merayap pelan melalui celah tirai, membiaskan cahaya keemasan yang lembut di sudut ruangan. Samar-samar, tercium aroma chamomile tea dari malam sebelumnya yang masih tertinggal di udara, bercampur dengan keheningan yang hangat.
Chloe masih terlelap, napasnya teratur dan selimutnya sedikit berantakan. Saya duduk di tepi tempat tidurnya, mengusap lembut rambut yang jatuh menutupi wajahnya. Ekspresinya damai, seakan kebahagiaan dari hari kemarin masih bertahan di balik kelopak matanya yang tertutup.
Perlahan, ia menggeliat kecil, matanya mulai terbuka, berkedip beberapa kali sebelum akhirnya tersenyum mengantuk. “Morning, Mama,” gumamnya, suaranya masih serak kantuk. “Selamat pagi, sayang,” berbisik lalu menyelipkan helaian rambut dari dahinya. “Did you sleep well, sayang?”
Chloe mengangguk kecil lalu meregangkan tubuhnya sebelum duduk tegak. “Iya, Mama. Saya siap capek lagi hari ini.” Saya tersenyum, meraih tangannya dan membantunya bangkit. Di meja, secangkir tea chamomile masih mengepul, uapnya melingkar halus di udara pagi yang mulai berdenyut.
Chloe menggenggam cangkir itu dengan kedua tangannya lalu meniupnya lembut sebelum menyeruput. Pandangannya jatuh ke luar jendela dimana langit terlihat bersih tanpa awan, seolah sedang menakar hari yang baru.
“So, Mama, apa rencana kita pagi ini? Langsung ke venue?” suaranya kini lebih segar dengan mata yang berbinar penuh rasa ingin tahu. Saya berpikir sejenak sebelum menjawab, “Bagaimana kalau kita jemput Tante Patsy di hotelnya dulu, lalu cari breakfast di jalan sebelum ke venue?”
Chloe mengangguk penuh semangat, lalu tersenyum lebar. “That sounds great! I love starting the day together!” Ia menyeruput teanya sekali lagi, membiarkan hangatnya meresap, lalu menatap dengan mata yang berpendar, secerah cahaya pagi yang merayap di jendela.
“The way we welcome the morning shapes the spirit we carry through the day.”
Part 21.