“To all the girls that think you’re fat because you’re not a size zero, you’re the beautiful one, its society who’s ugly.”
Marilyn Monroe
Matahari telah beranjak dari peraduannya saat saya memandang ke luar jendela. Terdengar sayup-sayup merdunya kicauan burung chaffinch dengan paruhnya yang berwarna abu-abu bercampur oranye. Bulunya terlihat bercahaya tertimpa mentari yang pagi itu bersinar cukup lembut.
Kicauan nyaring makin terdengar jelas saat saya membuka jendela lebih lebar dan menarik kursi di balik meja belajar. Saya pun duduk tepat di samping jendela sambil berpangku tangan.
Tiba-tiba di tengah kesunyian pagi terdengar nama saya dipanggil dan suaranya berasal dari jalanan. Saya menengok ke bawah, ternyata Claudio berdiri tepat di bawah jendela kamar sambil tersenyum lebar. Garis rahangnya yang tegas, pagi ini nampak terlihat lembut saat ia melepaskan senyum lebar dari bibirnya.
“Claudio, what are you doing here?” penuh tanda tanya sambil mengeryitkan kening kebingungan.
“Saya dari apartment Mohamed, tapi sepertinya ia lagi keluar” jawabnya sambil menunjuk apartment di lantai bawah yang ditinggali oleh Mohamed dan Michael.
“Sarah, kamu ternyata sudah pulang. Cepat sekali karena baru kemarin kita berangkat bersama ke Zurich airport.”
“Iya, apakah kamu day trip juga?” Saya balik bertanya.
“Iya, kalau tahu pulangnya di hari yang sama, saya pasti menunggu kamu tadi malam di airport, jadi kamu tidak usah pulang sendirian,” Claudio berkata dengan nada agak menyesali.
“Don’t worry, semalam saya dijemput Michael di train station. Oh ya, kamu sudah sarapan belum?” Saya masih melongok ke luar jendela.
“Belum, mari kita Sunday brunch. Kamu sudah pernah mencoba Zoph Plaited Bread terenak se-Basel belum?”
“Apakah roti yang dikepang seperti rambut Rapunzel? guess what, saya akan membuatkan sarapan yang jauh lebih enak dari itu. Saya ada satu pack Nuss-stängeli (Swiss hazelnut cookies), teman yang pas untuk di-dip dalam larutan hot chocolate. Semalam sempat mampir membeli chocolate bar dari Wittamer, the best chocolate shop in Brussels.”
“Saya akan membuat hot chocolate ala Belgia dan Rösti with fried egg. Walaupun saya tidak cekatan dalam hal memasak, tapi pasti delicious karena secret recipe. Kita sarapan di tempat Michael saja” saya menambahkan sambil mengancungkan ibu jari.
“Okay, ayo turun, leher saya mau patah rasanya mendongak terus ke atas,” Claudio berkata dengan nada protes.
“Wait, tapi saya belum mandi, I hope it’s okay with you,” saya lalu menghilang dari balik jendela tanpa menunggu persetujuan dan keluar menemui Claudio.
“Hari ini saya akan membuatkan kalian big yummy breakfast, lupakan diet dahulu saat weekend.” Tertawa sambil meraih gagang pintu dan membuka pintu utama.
Claudio tiba-tiba menahan pintu dengan kakinya dan saya hampir jatuh terjungkal karena kakinya menahan langkah saya masuk ke dalam.
“Wait, you are beautiful no matter what, Sarah. What’s inside you that count the most.” Ia berkata dengan nada agak tinggi.
“Look, Sarah, seharusnya kita semua mendeskripsikan beautiful women by their inner personality not by their size, shape, or color. Please, Sarah, jangan pernah mengindahkan standard of beauty yang totally wrong,” Claudio berkata kali ini dengan suara yang terdengar lirih dan tertekan sambil menatap ke atas pohon di mana burung chaffinch masih tetap berkicau.
“Itulah yang membuat mantan pacar saya di Indonesia sangat pencemburu. Ia merasa insecure terhadap penampilan fisiknya karena merasa tidak cantik by society standard. Ditambah lagi, di sana sepertinya memberikan komentar mengenai fisik seperti, ‘Wah kamu kenapa gendutan sekarang’ adalah sesuatu yang normal dibandingkan di sini.” Claudio menggeleng-gelengkan kepalanya dengan gusar.
“Oh gosh, body shaming sama kejamnya dengan bullying. I feel that…” Claudio tak mampu meneruskan kata-katanya karena menahan perasaan sedih yang berkecamuk dalam hatinya saat teringat kembali bagaimana depressed mantan pacarnya saat itu.
“Wanita berbeda dengan lelaki. Lelaki tidak menganggap perkataan orang lain sedalam seorang wanita. Thank you for your support, Claudio. Kami, semua wanita di dunia ini are too fabulous for the negativity.” Rasa sejuk mengaliri hati saat barisan kata-kata tersebut keluar dari mulut saya.
“Kita seharusnya menciptakan beauty standard bukan dari fisik, but surrounding something that is actually beautiful, seperti cheerful and beautiful smile yang datang dari hati just like all the beautiful smile dari wanita Indonesia yang saya temui sewaktu saya di sana. Senyuman wanita Indonesia yang semuanya semanis gula.” Claudio kali ini tersenyum lebar sambil menatap saya lembut. Lembut sekali.
“Beauty doesn’t have a weight limit.”
Unknown
August 9th, 2018
Related part: