0062 8119985858 info@sarahbeekmans.co.id

“It’s the unexpected shapes of life that often turn out the most beautiful.”

 

Kami masih berdiri di depan bangunan Vitra yang seolah tak mau berhenti memancing kekaguman. Mata saya mengikuti garis-garis tak biasa yang menyatu jadi bentuk yang seolah menolak tunduk pada logika, tapi justru karena itulah terasa jujur. Tak ada yang dibuat-buat.

 

Angin tipis berembus pelan, menggerakkan helaian rambut saya yang terurai. Michael berdiri beberapa langkah di samping, kepalanya sedikit menengadah, matanya menyusuri lekuk bangunan seperti sedang membaca puisi yang ditulis dalam beton dan cahaya.

 

“Aneh, ya,” saya berkata pelan, nyaris hanya untuk diri sendiri. “Selama ini saya terlalu sering ingin semuanya lurus, rapi, teratur. Padahal yang indah belum tentu simetris.”

 

Michael menoleh, tersenyum samar. “Kita dibesarkan dengan blueprint,” suaranya rendah dan tenang. “Tapi hidup nyatanya seperti ini, kadang bertumpuk sembarangan, kadang melengkung tak tentu arah, tapi tetap bisa berdiri. Sometimes things are stronger because they’re not the usual shape.”

Saya mengangguk, membiarkan kata-katanya meresap. Di depan bangunan yang bentuknya seperti permainan anak-anak yang terlalu genius untuk dipahami, saya merasa seperti sedang bercermin.

 

“Mungkin saya juga begitu, tak selalu rapi, kadang goyah, kadang terlalu banyak belokan. Tapi siapa bilang itu buruk?”  Saya menggumam, lebih ke diri sendiri sebenarnya, tapi Michael mendengar. Dia tak menimpali, hanya menepuk bahu saya sebentar, lalu kembali menatap bangunan itu.

 

Diam-diam, saya tahu kami sepakat. Siang itu, di depan architecture yang menolak tunduk pada aturan, saya mulai menerima bahwa jalan hidup saya pun tak perlu tunduk pada bentuk yang diharapkan orang lain. Cukup punya fondasi yang kuat. Selebihnya ? Biarkan keindahan lahir dari ketidakterdugaan.

 

“It’s not fitting the mold that makes you memorable—it’s how you stand as you are.”

Part 24.

 

 

 

 

 

 

Bagikan ini:
error: Content is protected !!