“Peace is never just one color, it changes with the eyes that look at it.”
Angin sore membawa aroma laut ketika kami masih duduk di warung kecil di tepi pantai sambil menyesap tea hangat dan membersihkan pasir yang menempel di kaki.
Chloe menunjuk kerang yang berserakan di pasir, Sophie tenggelam dalam pertanyaannya yang tak pernah habis dan Nigel menatap laut dengan wajah tenang, seolah ingin meresapi setiap gerakan ombak dan perubahan cahaya.
Moment yang sama dengan pemandangan yang sama, namun mereka bertiga masing-masing menemukan ketenangannya dengan cara berbeda. Bagi Nigel, kedamaian hadir dalam ritme ombak dan angin yang berulang.
Chloe merasakan tenang saat matanya menangkap detail kecil yang mungkin luput bagi orang lain, seakan setiap butir pasir menyimpan cerita.
Sophie justru menemukan ketenangan dalam pertanyaan-pertanyaan yang tak selesai karena baginya dunia terasa selalu baru setiap kali ia mencoba memahami.
Dari mereka saya belajar bahwa ketenangan tidak pernah datang dengan satu wajah. Walaupun berada di tempat yang sama dan melihat pemandangan yang sama, setiap orang menemukan versi damainya lewat jalannya sendiri.
Kita akan selalu menafsirkan dunia melalui ingatan dan pengalaman kita sendiri dan di situlah saya mulai mengerti, betapa berharganya menghargai cara pandang yang berbeda.
“Peace is not taken from the world, it is shaped by the way we choose to see it.”
Part 2.
