“We are all storytellers. We all live in a network of stories. There isn’t a stronger connection between people than storytelling.”
Unknown
Ding
Saya melihat notification di facebook dan tersenyum membaca barisan kalimat dari Ning ,panggilan kesayangan untuk Hening, sahabat dan teman sebangku sewaktu sama-sama berseragam putih abu-abu puluhan tahun silam.
“Ini yang buat aku tersendat-sendat didalam journaling. Baru satu paragraf, banyak benar revisinya, tutup laptop, nafas lagi.” Ning memberi tahu tentang usahanya untuk mencoba mulai bercerita lewat tulisan. Saya tak henti memberi semangat untuk tak pernah henti untuk journaling, bahkan air pun tidak akan mulai mengalir jika kerannya tidak di buka.
Saya tekankan ke Hening, kalau journaling itu manfaatnya untuk diri kita sendiri karena merupakan sebuah proses untuk growing our inner self. Tidak usah khawatir tentang hasilnya karena semakin sering merangkai memory, maka pemilihan kata, susunan kalimat dan makna tulisan pun akan terus berkembang dengan sendirinya.
Hal lain yang saya tekan tekankan ke Hening yaitu semua orang mungkin bukan writer , bahkan saya pun juga bukan writer. Namun one thing to bear in mind, everyone is a storyteller, and everyone has a story to tell.
Saya lalu memberi tahu Hening kalau saya selalu menggunakan komponen ini : 5W1H+ SG + GV +EB +DS + IM .Tentunya setiap manusia punya rumus sendiri didalam storytelling dan ini hanya versi saya yang masih tak henti untuk terus belajar untuk menjadi storyteller of my own life.
5W1H adalah rumus dasar yang banyak journalist gunakan untuk mengembangkan sebuah cerita. Komponen 5W+1H yaitu What, Who, When, Why, Where, dan How.
SG : Mas Seth Godin. Dalam setiap tulisannya selalu ada pesan dan nilai moral. Tidak hanya sekadar meracau tanpa ada kejelasan ujung ceritanya.
Saya tahu setiap denyut menit yang saya miliki tidak akan terbuang percuma jika membaca setiap tulisannya. Selalu ada benih nilai kehidupan di setiap hembusan hurufnya termasuk di dalam blog yang rutin ia tulis setiap hari selama lebih dari 10 tahun.
GV : Mas Garry Vee. Cara dia menyampaikan pesan adalah gaya dia seutuhnya, walau pun kadang ada kata swearing-nya. Garry Vee yang saya lihat di internet dan saya temui in real life, semuanya sama, the real him.
Teringat waktu pertama kali mau belajar menulis, saya ingin mengikuti gaya bahasa Mas Ihsan. Bahasanya serious karena memang begitulah the real him. Akhirnya disadarkan oleh mas Ihsan untuk mulai menulis sesuai dengan karakter asli kita masing-masing.
EB : Enid Blyton. Gaya bahasa tiga dimensi-nya membuat saya serasa ikut ditarik kedalam cerita dan berpetualang secara imajiner. Suasana pedesaan dan syahdunya pantai Inggris digambarkan dengan sangat visual dan terperinci. Malory Towers, St. Claire’s dan The Naughtiest Girl in School adalah kisah akan indahnya sekolah di Inggris.
Keahliannya dalam bercerita mampu membuat saya sabar merenda mimpi selama belasan tahun untuk bersekolah di Inggris yang pada akhirnya bisa terwujud.
DS : Daniel Steel. Pemilihan katanya sangat romantic, serasa membaca poem. Saya sarankan ke Hening untuk memilih salah satu novelist yang sesuai dengan karakternya. Sebagai seorang romantic akut, suka menggombal dan dari dulu paling mudah terlena dengan puisi cinta, Danielle Steel cocok dengan suara hati saya.
IM : Mas Ihsan Musthofa. Menulislah dengan hati karena ia pernah berkata bahwa “Apa yang keluar dari hati akan di terima oleh hati.”
Saya sadari bahwa manusia itu pada dasarnya adalah mahluk pencerita dan menurut Mas Walter Fisher, storytelling adalah cara manusia berkomunikasi. Kekuatan sebuah cerita terletak pada bagaimana kita menenun memory ke dalam rangkaian bahasa yang mudah dicerna.
Memory itu berada didalam relung hati. Saya perlu merapah secara perlahan kedalam relung tersebut, mengangkat setiap jengkal memory yang teronggok powerless dan berusaha membentangkannya kedalam sebuah story yang powerful.
Saya akui, tantangan terbesar bagi para storyteller adalah bagaimana membuat tulisan mengalir secara natural hingga mampu `menyandera` perhatian pembaca tanpa skip sedikit pun hingga ke akhir cerita.
Selain itu, bagaimana menyelipkan taburan benih nilai kehidupan dalam setiap story dengan gaya bahasa dan penuturan sesuai dengan karakter kita masing-masing. Saya percaya kita semua bisa menjawab tantangan tersebut karena inside each of us is a natural-born storyteller, waiting to be released.
“The most powerful person in the world is the story teller. The storyteller sets the vision, values and agenda of an entire generation that is to come.”
Steve Jobs
January 22nd, 2022