“Ambition is the path to success. Persistence is the vehicle you arrive in.”
Bill Bradley
Derai hujan yang deras membasahi Hong Kong siang itu telah usai setelah kami selesai lunch di Cat Cafe di daerah Causeway Bay. Wajah sumringah terlihat jelas di wajah Sophie karena bisa menikmati makanan dan minuman sambil bercengkerama dengan berbagai jenis kucing di kafe tersebut.
Kami lalu beranjak dari Cat Cafe menuju Instagram Pier yang konon adalah salah satu tempat terbaik untuk melihat sunset di Hong Kong. Walaupun saya sangat sering ke Hong Kong, tapi saya belum pernah sekalipun ke sana karena lokasinya sangat jauh. Tempat favorit saya untuk melihat sunset adalah di Observation Deck yang letaknya tidak jauh dari gedung HKCEC.
Kami menaiki tram yang menuju Kennedy Town, namun karena membayangkan waktu perjalanan yang cukup jauh hanya untuk mencapai Instagram Pier, saya mengajak Sophie untuk turun dan menaiki tram yang kembali ke Causeway Bay. Sophie bertanya dengan nada protes dan kebingungan, “Why we need to get off dan naik tram yang lain, Mama?”
“Jauh sayang, pulang yah. Kita mampir makan ice cream lalu lihat sunset di tempat kemarin saja di dekat Clock Tower,” saya mencoba merayu.
“No, Mama. I want to go to Instagram Pier,” jawab Sophie tak bergeming.
Melihat kilatan matanya yang sangat kuat, saya berhenti merayu dan kami turun dan kembali ke halte. Dari kejauhan terlihat tram dengan sign Happy Valley mendekat, “Sophie ini juga menuju Kennedy Town. Let’s jump.”
Kami dengan sigap melompat naik ke atas tram. Setelah melewati beberapa halte saya mulai curiga karena sepertinya nama halte-nya berbeda dengan yang yang ada di Google Map. Saya membuka aplikasi Google Map dan ternyata betul, saya menaiki tram yang arah sebaliknya.
Menyadari hal tersebut kami lalu turun dan saya semakin merayu, “Sophie, kita salah naik tram. Kita pulang saja yah, naik MTR. Kita makan ice cream dan minum hot chocolate.Yummy yummy in the tummy.”
“No Mama, I told you, I want to see Instagram Pier. Saya bisa makan ice cream di mana saja, bahkan di Indonesia.” Sinar kilatan matanya makin menunjukkan keteguhan hati dan bibirnya agak dimanyunkan. Kami untuk keempat kalinya kembali berjalan menuju ke halte. Selang beberapa menit, tram dengan sign Kennedy Town tiba dan kami pun naik.
Menaiki tram walaupun lambat, namun hanya perlu berjalan kaki kurang dari 2 menit dari halte. Kami akhirnya turun di Des Vouex Road West yang berseberangan dengan Fung Mat Road.
Saat turun, kami mengikuti Google Map dan terpaksa berhenti karena di depan terhalang bangunan besar dan di samping kanan adalah pagar tinggi yang tidak mungkin dipanjat. Saya bertanya ke orang-orang sepanjang jalan, namun tidak ada yang tahu dan saya mulai kehilangan kesabaran karena kaki pun sudah lelah.
Saya melihat wajah Sophie yang tetap teguh dan tidak protes sama sekali karena harus berjalan memutar hanya untuk menghampiri orang-orang untuk menanyakan arah jalan namun tak ada satu pun yang bisa berbahasa Inggris.
Akhirnya saya bersender di pagar karena kelelahan, tak lama seorang lelaki tua sekitar umur 65 tahun sedang berjalan mendekati arah kami berdiri. Walaupun dengan ragu, saya bertanya dan to my surprise ia ternyata lancar berbahasa Inggris dan dengan senang hati mengantar kami sampai ke instagram pier.
Dermaga kargo ini berada di Sai Wan, di bagian barat Hong Kong. Selain kargo, terdapat banyak tumpukan bambu di sekitar dermaga yang sangat instagramable dan genangan air di beberapa sisi jalanan. Burung dara juga nampak menikmati syahdunya sunset saat itu .
Raut wajah Sophie yang penuh rona bahagia karena impiannya tercapai tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Jika ia menuruti rayuan saya, kami tidak mungkin berada di sana saat itu.
Tentunya semua orang juga tahu bahwa kegigihan sangat diperlukan untuk mewujudkan impian menjadi kenyataan. Namun, untuk menjalaninya adalah perkara lain.
Pada kenyataannya, hanya segelintir orang yang tetap gigih dalam perjuangan mewujudkan impian sehingga impian tersebut tak terkoyak di tengah jalan. Sementara yang lainnya cukup puas dengan berharap, bahkan menyerah dan membiarkan impian tersebut luruh sebelum tercapai, termasuk saya pun sempat goyah saat itu.
Terima kasih, Sophie Sayang, kamu hari itu telah mengingatkan mama tentang kegigihan.
“Persistence is what makes the impossible possible, the possible likely, and the likely definite.”
Robert Half
September 21st, 2018
More story about my life as a globe trotter