0062 8119985858 info@sarahbeekmans.co.id

“Most smiles are started by another smile.”

Frank A Clarke

 

Sore itu terlihat lebih terang, cahaya mentari yang menyeruak di cakrawala membuat suasana hati saya ikut berkilauan. Saya keluar dari rumah yang letaknya tepat berseberangan dengan gedung Leeds University Union, bertemankan semilir angin musim semi.

 

Saya melangkah sambil sesekali meloncat ke kiri dan ke kanan dengan penuh semangat karena ini adalah hari pertama saya ikut menjemput international student yang datang ke Leeds University.

 

Winter coat abu-abu bergelayut manja pada tas selempang, sengaja tidak saya masukkan ke dalamnya untuk berjaga-jaga jikalau cuaca berubah seketika. Cuaca Inggris memang sangat unpredictable. Walaupun mentari bersinar dengan sempurna, hujan bisa tiba-tiba turun dengan derasnya.

 

Setelah sampai di Leeds University Union, terlihat van besar berwarna putih terparkir di depan gedung. Saya berjalan dengan agak cepat melewati mobil tersebut, lalu memutar langkah perlahan menghampirinya karena terlihat kacanya dalam keadaan terbuka lebar.

 

Saat saya memasukkan sebagian kepala ke balik kaca yang terbuka, tiba-tiba muncul kepala seseorang dari dalam sehingga kepala kami pun saling bertubrukan dengan keras.

 

“Aduh, sakit,” teriak saya.

What did you just say? Oh I am really sorry. Ouch, kepala saya sakit sekali, pasti kamu juga sakit.” Pria tersebut menggosok-gosok dahinya yang terlihat memerah.

 

“Saya refleks mengeluarkan mother tongue bahasa Indonesia saya. Maaf jika membuat kamu kaget, tetapi saya penasaran kenapa kacanya masih terbuka lebar? Walaupun masih lingkungan kampus, tapi van ini bisa saja dicuri orang.”

 

Don’t worry. Van ini tidak akan dicuri. By the way, bahasa kamu tadi so unique. Saya ingin tahu kata-kata lainnya, apalagi?” Ia terlihat tertarik, namun gayanya tetap saja cool.

 

Ah, I think your forehead is benjol.” Saya menjawab dengan muka iseng.

Huh? What is benjol?” Pandangannya makin menyelidik.

“Benjol itu yah yang di dahi kamu sekarang,” menunjuk ke dahinya yang semakin memerah dan bengkak.

 

“Ahhh, okay.” Ia mengelus dahinya dengan sedikit meringis. Rambut light brown yang agak ikal dipadu dengan bibir tipisnya yang terlihat kaku tidak bisa menutupi kenyataan kalau lekukan bibir tersebut serta balutan tulang rahang yang kokoh makin memperkuat kesan sangat manly dari wajahnya.

 

“Nama kamu siapa? Saya Brian.”

“Nama saya Sarah. I think kita punya middle name yang sama sekarang. Benjol.” Saya mencoba melepaskan jokes agar ia tersenyum, namun gagal. Matanya yang biru malah menatap saya dengan tajam.

 

“Untung mata kamu biru cerah jadi benjol yang memerah tidak terlalu terlihat. Saking birunya, orang yang melihatnya ingin terjun dan berenang menyelami mata kamu, Brian.” Saya menjelaskan dengan tersenyum iseng.

 

I know it’s impossible untuk berenang di dalam mata saya, but it just a funny thought.”

 

“Kalau lucu kenapa kamu tidak tertawa atau tersenyum sedetik saja?”

Brian hanya diam, namun tetap menyimak celotehan saya sambil menatap tajam dengan bola mata yang warnanya really vibrant shade of blue.

 

“Hmm saya penasaran karena mata electric blue kamu pasti akan terlihat lebih kerlap-kerlip jika kamu mau tersenyum.”

 

“Apakah kamu bisa membuat saya tersenyum?” Ia terlihat makin menarik kedua sudut bibirnya.

 

You know what, saya ada secret language, Brian.” Ucap saya dengan setengah berbisik.

Oh really, apa itu?”

You are ABCDEFGHIJK.”

“What does that mean, Sarah?”

“Kamu itu Adorable, Blessed, Cute, Delightful, Elegant, Fashionable, Gorgeous, dan Handsome,” ungkap saya dengan nada iseng.

 

“Wow, kamu bikin saya terbang ke angkasa. Some are not true, tapi thank you. Hmm, bagaimana dengan singkatan IJK?” Mata Brian mulai berkilat bahagia. Ia mendengus pelan dengan wajah menghangat namun bibirnya masih tertarik lurus, tanpa ada gurat senyum sedikitpun.

 

“IJKnya: I’m Just Kidding”. Saya tersenyum lebar dan Brian ikut tersenyum dengan indahnya. Saya terpaku sejenak dan jantung berdegup kencang saat bertatap dengan sepasang mata electric blue Brian yang kini dipadu dengan senyuman yang sedari tadi saya tunggu.

 

Yes, kamu akhirnya tersenyum.”

Tiba-tiba saya melihat jam dengan panik, “Oh gosh, saya harus pergi karena sudah terlambat 10 menit.”

Okay, saya juga sedang menunggu partner kerja saya. Ia terlambat, seharusnya sudah muncul sekitar 10 menit yang lalu.”

 

I see you when I see you, Brian. Selalu tersenyum yah, your eyes sparkle when you do.” Saya melambaikan tangan meninggalkan Brian sambil melepaskan senyum dan bergegas menaiki tangga untuk menemui Mrs. Addison.

 

“The prettiest thing you can wear is a smile.”

Unknown

 

21th June 2018

 

smile

Bagikan ini:
error: Content is protected !!