0062 8119985858 info@sarahbeekmans.co.id

“A journey is best measured in friends, not in miles.”

Tim Cahill

 

Kota Davao tak sekadar tanah kelahiran Presiden Filipina Rodrigo Duterte, kota ini penuh senyuman ramah warga lokalnya. Saat itu mentari baru saja keluar dari mahligainya dan cahayanya yang hangat ditambah keramahtamahan penduduknya mampu membuat hati saya berdesir bahagia.

 

Saya, Sophie, dan mbak Ayu berjalan keluar dari airport untuk menuju Glorietta Mall di pusat kota Davao untuk loading barang. Setelah Sophie selesai membantu saya men-display barang, Ia lalu duduk di lantai yang beralaskan karpet merah sambil menyenderkan punggungnya ke dinding booth.

 

Booth kami terletak di tengah-tengah atrium mall dan tepat di samping booth kami nampak banyak anak-anak dengan suara riuhnya sedang bermain di playground. Saya lalu menyuruh Sophie ikut bermain ke sana karena Sophie terlihat sibuk mengamati mereka sedari tadi.

 

No, Mama. I am shy.”

 

“Kenapa harus malu? Waktu kita trip ke Africa kamu tidak malu bermain,” saya menjawab sambil tetap membelai lembut rambut chestnut ikalnya.

 

“Waktu itu kan berdua dengan Zus Chloe, andaikan ada Zus Chloe, pasti saya akan langsung bermain ke sana,” jawab Sophie terlihat agak sedih karena merindukan kakaknya sambil matanya tidak lepas dari playground.

 

Akhirnya saya menitipkan booth untuk diawasi sementara ke mbak Ayu yang  boothnya tepat berada di depan saya. Kami berjalan menuju playgrond dan  begitu sampai Sophie langsung ikut bermain bersama dengan anak-anak lokal Davao.

 

Sepuluh menit kemudian, terdengar celetukan Sophie yang ikut berbahasa lokal tagalog bercampur inggris sambil tertawa terbahak-bahak dengan teman-teman barunya.

 

Setelah melihat Sophie nyaman bermain, saya lalu menghampiri dan berkata, “Mama kembali ke booth yah, nanti ada …” belum sempat saya melanjutkan rangkaian kata-kata Sophie lalu memeluk serta mencium kening saya dan berkata, “See you, Mama.” Ia pun berlari kencang kembali bersama teman-temannya.

 

Satu jam kemudian, Sophie nampak menghampiri booth sambil merangkul bahu bersama salah satu teman barunya yang bernama Ella. Sophie terlihat semakin percaya diri bahkan Ia menawarkan diri untuk pergi membelikan makan siang karena saya dan mbak Ayu tidak bisa meninggalkan booth yang saat itu sedang ramai pengunjung.

 

Setelah kembali dari membeli makan siang, Sophie dan Ella makan bersama di booth sambil tertawa terbahak-bahak melepas canda lalu meninggalkan saya lagi untuk kembali bermain.

 

Tak lama, Sophie datang lagi bersama dua teman baru yang lain sambil tetap nyerocos dengan bahasa tagalog bercampur Inggris. Mereka nampak sangat akrab seakan-akan sudah saling mengenal bertahun-tahun lamanya.

 

Di hari terakhir, tiba waktunya untuk berpisah. Nampak wajah Sophie mulai memerah dan terlihat bulir-bulir bening berjatuhan dengan derasnya dari pipinya.

 

Akhirnya saya  meminta nomor Ella dan beberapa teman Sophie lainnya sambil berkata akan datang membawa Sophie lagi jika ke Davao. Mata Sophie nampak sembab namun terlihat senyum mulai menghias wajahnya.

 

“Mama, saya mempunyai 18 teman baru dalam waktu sesingkat ini. Sewaktu kita keliling benua Africa bersama Zus Chloe selama hampir dua minggu, saya mendapatkan teman baru tapi hanya sekadar say hi saja, tidak seakrab ini.”

 

Next time, jika traveling sendiri tanpa Zus Chloe atau Broer Nigel, saya tidak akan sedih lagi. Akan selalu ada teman baru on the other side of the world.” Sophie melanjutkan pembicaraanya.

 

“Itulah alasan kenapa di saat business trip, mama lebih sering mengajak kalian secara bergantian. Zus Chloe atau Broer Nigel pun juga mempunyai banyak teman baru dari negara lain saat traveling sendiri hanya dengan mama.” Saya menjelaskan sambil senyum-senyum melihat tingkahnya yang sangat excited.

 

Perjalanan ke Davao membawa warna tersendiri untuk Sophie. Ia menyadari dengan traveling sendirian, dia bisa lebih sering berinteraksi dengan warga lokal karena dia tidak perlu mengharapkan Zus Chloe ataupun Broer Nigel untuk bermain bersama. Selain itu, Sophie akan “dipaksa” untuk lebih outgoing dan orang sekitar pun akan lebih mudah mengajak Ia berbicara.

 

Sophie juga bisa mengenal bahasa lokal yang diserap dan langsung dipraktikkan selama bermain dengan anak-anak sebaya dari Davao seperti Ella. Pada akhirnya kemampuan sosialisasinya akan meningkat dan rasa percaya dirinya pun semakin bertambah.

 

Ketika traveling sendiri secara bergantian, Nigel, Chloe, dan Sophie akan  “dipaksa” untuk keluar dari zona nyaman, berjauhan dari orang yang dikenal, dan masuk ke tempat baru yang serba asing. Kini bagi mereka, traveling sendiri bukan berarti kesepian.

 

“You never really travel alone, the world is full of friends waiting to get to know you.”

Unknown

May9th, 2018

More story about my life as a globetrotter:

Behind The Brand

Bagikan ini:
error: Content is protected !!