0062 8119985858 info@sarahbeekmans.co.id

“Ignorant adalah kondisi dimana kita tidak punya pengetahuan tentang sesuatu yang harusnya kita tahu. Misalnya tata krama didalam masyarakat di mana kita tinggal, atau ketidakmauan untuk belajar berempati pada orang lain. Kalau kita tinggal di dalam masyarakat yang majemuk, tapi kita tidak mau belajar untuk mengerti akan adanya ide-ide yang lain dengan ide kita, kita bukan sekadar tidak tahu, tapi ignorant. Yang paling parah adalah ignorant yang digabung dengan ke-soktahuan. Ini seseorang yang tidak tahu, tapi ingin dianggap tahu, tapi tidak juga berusaha untuk mencari tahu. Kadang-kadang mereka tidak tahu kalau mereka tidak tahu. Ini orang-orang yang bisa menjadi ahli segala, hanya dengan membaca artikel wikipedia beberapa saat atau “mendengar” dari orang yang konon tahu.”

Prof Pitoyo Hartono

 

Kota Davao del sur yang berada di kepulauan  Mindanao, Philippines adalah kota yang dahulunya dipimpin oleh Rodrigo Duterte selama dua dekade sebelum terpilih menjadi presiden.

 

Pada masa world war II, kota ini pernah menjadi salah satu pusat pemerintah kolonial Jepang sehingga mendapat julukan Davaokuo atau Little Tokyo. Kali ini Sophie menemani business trip saya di kota yang indah ini.

“Mama kemana itinerary kita hari ini ?”Sophie bertanya dengan nada excited.

 

“ Mau tidak kita ke San Pedro Catedral untuk melihat landmark jalan dan church tertua di Davao ?  Kita tidak usah ke taman bunga dan taman butterfly , di Indonesia juga bisa lihat bunga dan butterfly. Ke buaya park juga tidak usah,bisa dilihat dimana saja, apalagi buaya darat .”Saya senyam senyum dengan kilatan mata jenaka.

 

Huh ? apa itu buaya darat ?” Wajah Sophie terlihat bingung

Oh well, tanpa mama jelaskan dengan semakin seringnya kamu  traveling dengan mama, kamu akan semakin tahu banyak hal termasuk bagaimana cara membedakan jenis buaya.”.

 

By the way, nanti malam mau ke Roxas night market tidak cari dinner ?” saya mengalihkan pembicaraan. “Yes,I want to buy candy” Mata Sophie terlihat berseri-seri.

 

“Tapi sebelumnya kita visit rumah Mr Duterte yah . Kalau beruntung kita bisa ketemu beliau karena kata teman mama, Mr Duterte setiap minggu pulang kerumahnya. Ayo kita pesan grab ”

 

Disaat sudah mau sampai, kami diberhentikan oleh security di pos yang letaknya 100 meter dari rumah Mr Duterte. Kami turun dan menyerahkan passport serta body check sebelum di escort menuju depan rumah pak Duterte yang terlihat sangat sederhana.

 

Disaat kembali ke pos mengambil kartu identitas,  Sophie terlihat pucat dan security menyuruh duduk dahulu didalam tenda seraya menyodorkan air mineral kepada Sophie.

Ternyata didalam tenda tersebut juga ada sekelompok personal body guard dari Mr Duterte sehingga saya pun mengajak mereka ngobrol karena informasinya pasti lebih valid.

 

Awalnya mereka enggan berbicara, namun setelah saya mulai pembicaraan dengan teknik membangun kesamaan, akhirnya perlahan mereka menceritakan  tentang sepak terjang berskala besar yang dilakukan terhadap narkoba.

 

Rentetan pertanyaan saya mengenai pro dan kontra  HAM di negara tersebut pun dijawab secara lugas dan semakin membuka cakrawala saya .  Percakapan singkat tersebut akhirnya menjawab pertanyaan saya selama ini yaitu mengapa semakin “I know something”, semakin saya merasa “I know nothing”.

 

Saya sadari disaat bertanya mengenai Mr Duterte disaat itulah proses belajar dimulai sehingga sebuah wawasan baru terbuka bagi saya.  Untuk bisa lebih dalam memahami wawasan baru tersebut, saya merasa perlu memahami lebih banyak lagi mengenai beliau dan itu membuat saya merasa semakin tidak tahu apa-apa tentang beliau.

 

Hal ini berlangsung terus dan ternyata itu berlaku  pada wawasan yang lain sehingga ada istilah belajar seumur hidup.

 

Belajar terus menerus tanpa henti perlu saya lakukan untuk menghindari efek Dunning-Kruger yaitu efek dimana seseorang keliru menilai kemampuannya sehingga orang bodoh sering merasa lebih pintar dibandingkan dengan orang yang lebih pintar.

 

Mengapa effect itu bisa terjadi ? itu hanya masalah kesadaran karena  orang yang bodoh tidak  cukup berpengetahuan untuk sadar bahwa dia bodoh, sedangkan orang pintar sudah cukup berpengetahuan untuk sadar bahwa dia masih belum begitu pintar.

 

Semoga saya selalu dihindari dari musibah effect tersebut. Amin.

 

“Seperti sekarang, banyak ahli dadakan geopolitik, ekonomi, kemiliteran, teknologi dan sejarah. Mereka menjadi pakar sejak dimulainya invasi Rusia ke Ukraina beberapa hari yang lalu. Mungkin sampai minggu lalu atau sampai sekarang, mereka tidak bisa menunjukkan posisi Ukraina di peta, atau tidak tahu ada laut yang bernama Laut Hitam. Mereka ignorant karena mereka tidak bisa mengerti kalau mereka tidak tahu.  Tentu saja, dalam alam demokrasi semua orang bebas berpendapat. Tapi jangan lupa, orang lain juga bebas melabeli para pakar dadakan ini.”

Prof Pitoyo Hartono

 

March 2nd, 2022

Bagikan ini:
error: Content is protected !!