0062 8119985858 info@sarahbeekmans.co.id

“Flow doesn’t ask for a map, only faith in the earth that carries it.”

 

Langit semakin sebiru batu sapphire di atas Dreiländerbrücke, dan sinar matahari siang menjulur tajam di sela awan tipis, memantul lembut di permukaan Sungai Rhein. Angin yang tadi hanya menyentuh kini mulai menggulung halus turut membawa aroma air sungai.

 

Langkah kami kembali menyatu, pelan tapi pasti. Di ujung jembatan, kami tak langsung berbelok. Michael berhenti sejenak, matanya menatap jauh ke arah seberang sungai yang mulai dilapisi bayangan pohon di bawah cahaya yang menurun perlahan.

 

“Kadang saya merasa hidup seperti sungai itu,” katanya, suaranya tenang, nyaris larut dalam hembusan angin. “Terus mengalir, tapi tak selalu tahu ke mana.” Saya ikut menatap aliran Rhein dengan kilau airnya memantulkan cahaya matahari siang dengan lembut.

 

Permukaannya terlihat tenang, nyaris tak bergerak. Tapi di balik ketenangan itu mungkin ada arus deras yang tersembunyi, berputar bahkan menabrak untuk mencari jalan. “Maybe it’s okay not to know,” saya membalas perlahan. “Selama tetap mengalir.”

 

Michael mengangguk kecil, seolah menyetujui sesuatu yang baru saja tumbuh tanpa suara di dalam dirinya. Di titik itu saya menyadari bahwa tidak semua perjalanan menuntut arah yang langsung jelas saat itu juga.  Ada waktu-waktu dalam hidup ketika yang kita perlukan hanyalah bergerak.

 

Hidup, mungkin, bukan tentang kecepatan mencapai tujuan, tapi tentang kesetiaan pada langkah, bahkan ketika kabut masih menggantung di depan mata.Sebab yang paling penting bukan menguasai arus, tapi menjaga hati tetap peka.

 

Agar ketika dunia terasa seperti menarik ke segala arah, kita masih ke mana sebenarnya kita ingin menuju. Kekuatan sejati bukan ada pada tangan yang menggenggam erat, tapi pada hati yang tetap tahu arah, walau dunia seolah menggiring ke tempat lain.

 

“Not all rivers know where they’re going, some just trust the slope.”

Part 26.

 

 

 

 

Bagikan ini:
error: Content is protected !!