0062 8119985858 info@sarahbeekmans.co.id

“Effort shapes the frame, but faith carries its strength.”

 

Bapak tua itu menghela napas pelan sebelum kembali bercerita. Tangannya menggambar garis di udara, seakan sedang mengukur batang kayu. “Kalau ukuran kayu sudah pas, semua itu akan dibawa ke bantilang,” ujarnya tenang.

 

Saya menoleh dengan penasaran. “Bantilang itu apa, Pak?” Ia tersenyum kecil. “Bantilang itu di sini, tempat perakitan perahu. Nah, di sinilah acara adat  annattara dilakukan.”

 

Saya mengangguk sambil tersenyum. “Jadi pantai itu semacam halaman depan sebelum kapal benar-benar lahir, ya Pak?” “Betul,” jawabnya singkat dengan mata  berbinar. Ia lalu melangkah mendekat ke lunas bersama bapak tua yang satunya.

 

Kami mengikuti dari belakang dan dengan perlahan, bapak itu berjongkok di ujung kanan lunas, menghadap ke arah timur. Ia memperagakan posisi panrita lopi atau sang pekerja kapal, saat upacara berlangsung.

 

 

Bapak yang satunya menambahkan, “Lalu malamnya ada upacara Appasili agar kapal dijauhkan dari hal buruk. Saya mengangguk pelan. “Jadi bukan hanya kayu dan tenaga, tapi doa juga ikut membentuk kapal ini.”

 

Bapak tua itu tersenyum dengan wajah penuh keyakinan. “Betul, Nak. Kapal tidak cukup dibangun dengan tangan saja, ia juga butuh hati yang menjaga.”

 

Saya terdiam membiarkan kata-katanya seperti angin yang singgah dan menetap. Hidup pun, saya pikir, tidak jauh berbeda. Kekuatan datang dari kerja keras, tapi ketenangan hanya lahir dari pintalan doa yang tiada henti.

 

“Nothing lasts long without the balance of labor and hope.”

Part 48.

Bagikan ini:
error: Content is protected !!