“Just remember, the language of gesture is more effective than the spoken word. Body language is very powerful. Bring the balance within you and project that balance.” Yogi Bhajan – Yoga guru and spiritual teacher. He introduced Kundalini Yoga to the United States
‘Magerit‘ atau ‘Mayrit‘ yang bermakna sumber air yang melimpah adalah nama yang disematkan sebelum berubah menjadi Madrid. Kota memesona ini mempunyai bendera tersendiri yang menggunakan lambang beruang sedang mengendus aroma pohon strawberry.
Hal ini erat kaitannya dengan sejarah pada abad ke-13 dimana kota Madrid dikenal sebagai kota yang penuh dengan beruang dan pohon strawberry. Adapun tujuh bintang yang mengelilingi di lambang bendera memberikan arti bahwa beruang tersebut sangatlah besar.
Saya dan Mbak Rika mengikuti tradeshow yang diselenggarakan oleh IFEMA. Tradeshow berlangsung selama lima hari , tiga hari pertama adalah khusus buyer B2B dan dua hari terakhir dibuka untuk public dan berubah format menjadi B2C dan membolehkan pembelian retail on the spot di venue. IFEMA Madrid adalah lembaga pameran dagang terkemuka di Spanyol yang mempertemukan para exporter dan buyer dari seluruh dunia khususnya Eropa.
Pagi itu kami berdua berjalan menuju venue ditemani lembutnya cahaya mentari. Bulan September memberikan so romantic vibes karena disitulah moment pergantian antara summer ke autumn artinya matahari tidak panas menyengat dan sentuhan angin sepoi-sepoi masih sejuk. Hembusannya belum mencapai dingin yang bisa mengigit tubuh hingga beku.
Di spanyol, summer mengucapkan selamat tinggal agak lebih lambat dibanding negara Eropa lainnya. Autumn pun seakan malu-malu untuk tiba, kadang hanya ditandai derai rintik hujan yang hilang sekejap.
Kami melangkahkan kaki memasuki café yang tepat berada di seberang venue tempat tradeshow kami berlangsung di Recinto Ferial. Saya memesan sandwich ala Spanyol yaitu Bocadillo de calamares atau Sandwich cumi goreng.
Tak lama menunggu, hidangan datang namun bentuknya agak berbeda. “Mbak, ini sepertinya bacon,dari warna dan seratnya beda.” Saya teliti berulang kali dan mbak Rika ikut mengamati “ iya mbak , itu bacon”.
Saya memberitahu waitress kalau mereka salah membuat order dan waitressnya langsung menyuguhi dengan muka cemberut dan bibir manyun hingga 7 cm.
Saya akhirnya mengganti menu yaitu ke salmon baguette dengan anggapan tidak mungkin salah kali ini. Salmon bahasa spanyolnya akan tetap salmon. Tak lama muncul empat potong baguette yang setiap baguettenya berukuran 26 inches atau 65 cm. Saya terbelak saat dia menaruh orderan sebanyak itu dimeja.
“Mbak, jenisnya benar tapi jumlahnya salah. Tapi kalau aku protes , pasti aku langsung ditendang dari sini.” Muka panic, memelas dan hopeless bercampur jadi satu.
“Memangnya mbak Sarah pas pesan bagaimana?” “Tunjuk nomor empat di menu dan tangan juga kasih sign angka empat”saya mencoba menjelaskan . “Pantas si bule bikin empat porsi, body languagenya salah, mbak ”Mbak Rika menjelaskan beberapa tips lain mengenai body language sambil tertawa .
Saya pun ikut tertawa dan menepuk dahi” Hmm, romantic vibes seketika berubah menjadi stand up comedy vibes ”. “Selama ini kalau mbak Sarah traveling sendirian bagaimana cara ordernya? “dengan nada penasaran.
“Pas mau pesan roti no bacon, kasih bentuk tangan silang sambil mendengkur keluarkan bunyi krok krok krok”saya mempraktekkan dengan mengeluarkan suara dengkuran keras. Mbak Rika tertawa terbahak-bahak. “Aduh mbak Sarah , sampai sakit perut traveling sama mbak Sarah.”
Saya kembali menatap baguette di piring yang seakan beranak pinak dari mulai nenek moyang hingga ke cucu saking banyaknya dan dengan pasrah ke waitress untuk take away .
“Tidak bisa kasih orang karena tidak ada pemulung disini. Mau buang juga kan mubasir. Yah sudahlah , setidaknya saya sudah tahu menu mulai dari breakfast, lunch, dinner hingga cemilannya apa seharian ini .”
Saya berdoa semoga kuat menghabiskan porsi super jumbo yang tidak hanya berisi tumpukan lembaran salmon segar juga cream cheese ala Eropa yang melimpah ruah.
Sesampai di booth, mulai lah saya berkisah ke peserta lain dan mereka pun ikut tertawa terbahak-bahak. Setiap ada break , saya melanjutkan mengunyah dan menghitung berapa banyak sisanya sambil meresapi ilmu body language dari uni Rika.
Dear Mbak Rika, terima kasih atas coaching singkatnya yang sangat berharga dan juga seluruh kisah lain yang so memorable. I’m sure our paths will cross again, but for now let’s part with a huge warm hugs.
“Body language is a very powerful tool. We had body language before we had speech, and apparently, 80% of what you understand in a conversation is read through the body, not the words.”
Deborah Bull – English dancer and writer
March 12th, 2022