“Stop and appreciate what you have today. Look at what you have with wider eyes, maybe with more compassion and more gratitude for the things that you do have and not the things you don’t have.”
Michael Imperioli
Di business trip Hongkong lainnya saat bersama mbak Yovi, kami menginap di apartment yang berbeda dari yang sebelumnya. Saat memasuki kamar, saya shock karena ukuran tempat tidur yang menyambut kami super duper mini.
“Mbak Yov, yang di apartment Ko Awi lebih besar. Ini mungkin cuma 70 cm, bisa jatuh aku nanti.”
“Tidak apa, kita kalau mau balik badan perlahan saja, Sarah.” Mbak Yovi mencoba menghibur.
“Bangun tidur bukannya segar tapi bisa salah urat yah, Mbak Yov.”
Kami menarik koper besar ke ruang tamu dan mbak Yuni, yang bertugas menjaga apartment sedang menonton televisi.
“Mbak Yov, aku mau taruh winter coat di lantai, kalau saat tidur aku terjun bebas tidak kesakitan landingnya.”
Mbak Yovi tertawa dan mbak Yuni menimpali dengan senyum lebar. “Kalau kami tidur di situ sudah sangat mewah karena terbiasa tidur dimana saja. Ada teman yang tidurnya di dalam lemari.”
“Di dalam lemari ?”
“Ruangan di bawah gantungan baju atau di dapur kalau ruang lain dipakai. Bisa di bawah tempat cuci piring atau dimana saja selama ada tempat untuk rebahan.”
Semakin terpana dan seketika saya merasa malu pada diri sendiri yang sedari tadi rewel.
Oh well, the main reason for my unhappiness is a lack of appreciation for what I have on that time. Saya tersadarkan bahwa masih banyak orang yang untuk tidur saja tak punya pilihan selain area sempit yang pengap ditemani dingin dan kerasnya alas tidur.
Malam itu, saya bagaikan tertidur di kemewahan ranjang permaisuri dalam istana karena ditemani oleh hati yang full of gratitude.
“When life’s problems seem overwhelming, look around and see what other people are coping with. You may consider yourself fortunate.” Unknown