“Sometimes people are at conflict with others because there is an unsolved conflict within themselves”
Unknown
Bandara International Bandaranaike yang letaknya berada sekitar 35 km sebelah utara Colombo, Sri Lanka terlihat sangat cerah di naungi langit biru dan awan seputih mutiara.
Saat itu saya, mama , Chris dan ketiga anak-anak yaitu Nigel, Chloe dan Sophie sedang menanti pesawat untuk boarding. Disaat penantian, Chloe ingin ke toilet sehingga saya pun menemani. Seluruh toilet sedang dipenuhi oleh para jemaah yang ingin umroh termasuk dari Indonesia.
Saya mengajak Chloe mencari toilet yang lebih jauh dan berjalan menuju ke toilet di lantai bawah. Di pintu terlihat seorang wanita yang sedang membersihkan toilet. Saya menganggukan kepala dan mengucapkan salam dalam bahasa local, Ayubowan, Kohomadhe?*
Dia memberikan tatapan tanpa ekspresi dan kilatan mata penuh bara amarah. Saya melihat ke belakang, apakah ia menatap orang lain atau pandangan kebencian itu untuk saya.
Setelah Chloe selesai dari toilet, ia mengambil selembar tissue, membersihkan mukanya, mengelap beberapa percikan air disekitar wastafel dengan tissue ditangannya dan membuangnya di tempat sampah terdekat.
Saya pun kembali mengangguk tanda perpisahan ke arah wanita tersebut, wajahnya semakin membara merah dan mengoceh dengan bahasa local dan menunjuk ke arah kami. Saya keluar dari toilet dengan raut bingung. “Singhala Danna Naa.”**
Sekembali di lantai dua, giliran Sophie yang ingin ke toilet dan kembali ke tempat yang sama. Saya berharap ibu tadi sudah tidak bad mood, tapi yang terjadi malah semakin parah. Ia menutup semua pintu toilet tanpa alasan yang jelas.
“Apakah sedang dibersihkan , jika iya saya akan kembali lagi.” Ia malah semakin berteriak dan bahkan memanggil temannya yang cowok dari toilet sebelah dan menunjuk saya dan Sophie. Saya mencoba membuka salah satu pintu dari toilet yang ternyata tidak dalam proses dibersihkan.
“Ayo Sophie, masuk saja, nanti kalau ada apa-apa, mama yang tanggung jawab.” Saat keluar dari pintu, ia masih berteriak dan saya menghampiri wanita tersebut.
“Are you okay ?” melembutkan nada suara karena tak ingin terpancing dengan emosinya yang tak terkontrol. Sophie shock namun tetap terlihat tenang. Ia mengeluarkan sumpah serapah tentang Sophie dan Indonesia dengan bahasa Inggris sebisanya bercampur bahasa local sembari menunjuk Sophie serta dua wanita Indonesia yang baru saja keluar dari toilet yang sama.
Saya langsung berbalik badan, “What did you just say tentang my daughter dan my country ? Saya tidak akan perduli perkataan apa pun tentang saya karena saya tidak ingin debat kusir. Tapi jika kamu mengatai negara dan juga anak saya artinya kamu racist dan ignorant. Saya akan perpanjang masalah ini.” Suara mulai meninggi dan badan bergetar karena menahan emosi.
Sophie saya antar ke Chris dan berkata akan menyelesaikan sesuatu masalah terlebih dahulu. Customer service staff menyambut dengan ramah dan melaporkan yang baru saja terjadi. Ia menghubungi manager kebersihan dan tak lama managernya datang. Wanita tersebut dipanggil, awalnya ia tidak mau mengaku dan saya berkata,
“Bisa lihat di CCTV karena ia berteriak hal yang racist di luar toilet dan semua terekam dengan jelas.”
Sang manager mentranslate dan akhirnya dengan ketakutan mengakui segala perbuatannya. Ia terpaksa menyerahkan name tagnya dan disuruh segera meninggalkan tempat kerja saat itu juga sambil menunggu keputusan akhir. Saya lalu diberikan form pengaduan agar masalah tersebut bisa diteruskan ke pimpinan yang lebih tinggi.
Wajahnya memucat dan memohon kepada saya untuk dimaafkan. “I wish I could tell you how lonely I am.” Sambil menitikkan air mata dan ditranslate oleh managernya.
Saya terenyuh dan tanpa sadar memeluknya dan berkata “The only way out of your pain is through it. You know what, It’s okay to not be okay.”
Wanita tersebut berkelakukan kasar dan merasa semua yang ada di dunia ini menentangnya. Ia gampang terpicu bahkan terhadap hal kecil, yang mungkin terkesan remeh temeh bagi saya. Saya sadari, she has a battle going inside, within her. In reality she is not upset with me but she is upset with herself. She doesn’t know how to vent out those negative emotions.
Dalam perjalanan menuju ke gate, saya melipat surat complain dan memutuskan tidak akan memperpanjang masalah tersebut. Semoga setelah ini, ia bisa belajar berdamai dengan dirinya. Amin.
“Inside every large problem is a small problem struggling to get out.”
Arthur Bloch – Author of healing yourself with wishful thinking
* hello, how are you
** saya tidak bisa berbahasa Singhala
May 3rd, 2022