“Open your eyes, open your heart, and you’ll find love enveloping you, for it truly is all around.”
Terdengar suara ketukan pelan hanya sekali dan saat pintu terbuka, terlihat wajah Michael sumringah dari balik pintu.
“Kamu mengetuk pintu atau scratching my door? Tilahum mana ? Bukannya kamu seharusnya di library ? ”
“Are you okay karena sedari pagi kamu terlihat murung.”
“Pikiran saya sedang kalut” Menghela nafas panjang.
“Why don’t you go for a walk, Sarah ?”
“Saya pasti akan beku karena di luar penuh salju.”Terbelalak dengan nada protes.
“Kamu pakai scarf, gloves dan ingat jangan pakai sandal jepit kesayangan kamu.” Michael tersenyum melihat saya akhirnya menuruti.
Saat berjalan menuju elevator, Viviana, salah satu penghuni apartment memuji coat bright orange yang saya kenakan secerah summer di Italy.
Berjalan keluar dari gedung, cleaning lady melambaikan tangan , “schönen Tag” dan saya ikut melambaikan tangan “dir auch!”
Tak lama berjalan, angin lembut menerpa pipi dan salju turun dengan gemulai, menciptakan lapisan putih lembut bagaikan mutiara menyelimuti jalan.
Terdengar deru tram perlahan meninggalkan halte ditemani derai tawa students yang keluar dari stations sembari menenteng setumpuk buku. Suara nyanyian dari sudut cafe dan dentingan gelas bersamaan dengan chirping burung sesekali membahana disekitar.
Saat melewati gedung tinggi berbata merah, tanpa sengaja saya bertatap mata dengan seorang nenek dan kami bertukar senyum. Di hati menjalar kehangatan dan tiba-tiba dunia ini tidak se-gloomy apa yang saya rasakan sebelumnya.
Di setiap sentuhan lembut angin yang menerpa, terdapat belaian cinta yang menghangatkan jiwa. Di dalam lambaian tangan dan senyum orang sekitar, terdapat ketulusan yang mencerahkan hari. Di dalam irama alam yang penuh melodi, terdapat harmoni yang menghangatkan hati. Wow!
“Love actually is all around us , we just need to look for it. Did you stop and notice it today ?”
