“This is the difference between pain and unnecessary suffering. Pain is natural when you part ways with someone you had a connection with. Suffering comes when you hold onto an idea that remains true only in your mind, but not in reality. Always always always remember that if they decides that they don’t want you, then they can not be the one you were supposed to be with. End of story.”
Matthew Hussey – The author of ‘Love You Deserve’
Pada abad ke 19 Manchester dijuluki sebagai “Cottonopolis” karena kota ini adalah pusat produksi kapas dan ratusan pabrik tekstil mempelopori penggunaan mesin tenaga uap pertama di dunia.
Selain terkenal sebagai Cottonopolis, sepakbola sudah sangat mendarah daging di kota ini. Di sinilah liga sepak bola profesional pertama di dunia secara resmi dibentuk yaitu the English Football League yang beranggotakan team dari kota-kota di England dan Wales. Dua diantara team tersebut berasal dari Manchester yaitu Manchester United atau Red Devils dan Manchester City atau the Citizens.
Malam itu saya dan Arsyl sudah berjanji untuk menonton pertandingan sepakbola antara Red Devils vs the Citizens dari jendela dapur di lantai tertinggi dari apartment yaitu lantai 15. Waktu sudah menunjukkan pukul 8.30 sehingga saya mengetuk pintu kamar Arsyl tujuh kali dengan tergesa-gesa karena pertandingan sudah kick off sedari tadi.
Tidak ada balasan dari dalam ruangan dan saat ingin membalikkan badan, pintu kamar terbuka perlahan dan Arsyl menyembulkan kepala. Terlihat rambutnya berantakan, pipinya yang seputih porselen memerah dan kelopak mata bengkak.
“Arsyl, are you okay?” Panik melihatnya bersender di dinding seakan ingin jatuh.
“No, I am not okay. Saya baru putus dengan pacar. ” Suaranya serak dan terlihat bulir air mata tertahan di sudut mata.
“Huh ? Bukannya pacar kamu lagi kuliah di America ?”
“Saya betul-betul mencintainya, ia cinta pertama saya dan kami sudah pacaran lebih dari 10 tahun.” Arsyl menempelkan kepalanya di dinding dan menutup wajah dengan kedua belah tangannya.
“Ayo kita ke lantai 15 sekarang, sudah hampir selesai gamenya.” Sesampai di kitchen kami duduk tepat menghadap jendela sembari menyeruput teh hangat dan memandangi City of Manchester stadium dari kejauhan.
“It’s okay kalau mau menangis melupakan kekecewaan kamu. Kalau pun ada yang melihat mereka akan mengaggap kamu sedih karena Manchester United kalah. Skornya sudah 3-1 dan pertandingan tinggal lima menit lagi, susah dikejar.” Saya mencoba menyemangati untuk melepaskan seluruh perasaan sesak di hatinya.
“Sarah, dia jatuh cinta dengan orang America.”Suara Arsyl semakin berat.
“People say that time heals all wounds. It’s so easy to say when I am not in the situation but whatever reason, you can’t keep touching the wound and live forever in pain. You need to find ways to heal and move on.” Saya memandangi wajahnya yang mulai digenangi oleh air mata.
“Hati saya hancur karena disakiti oleh orang yang paling saya cintai.” Arsyl menarik nafas panjang.
“Adalah hal yang biasa if you get hurt in a relationship. No one get hurt by a stranger, except in an act of crime.” Menerangkan dengan nada lembut sembari menyodorkan ginger cake.
“Arsyl, the past is a nice place to visit, but certainly not a good place to stay. It’s better to let go of everything and think of how you can recollect yourself.”Saya melanjutkan dengan intonasi tetap lembut.
“Tapi kalau pun lukanya hilang, scar akan selalu ada di hati.”Arsyl masih meratapi nasibnya.
“It’s true , the scar doesn’t always go away, but if you push yourself to move on and do not touch it repeatedly, you can help it fade away.”
Saya sadari rasa sakit terbesar biasanya datang dari hubungan percintaan karena emosi terdalam tentunya melibatkan orang yang disayangi. Hubungan yang dulunya merupakan sumber kebahagiaan terbesar malah membuat hati hancur berkeping-keping hingga meninggalkan luka yang mendalam.
Apapun alasannya, kita tidak bisa terus menyentuh luka dan hidup selamanya dalam kesakitan. Kita perlu menemukan cara untuk menyembuhkan dan melanjutkan hidup.
“Yes, it ended. But you have all the lessons. You still have your heart. You still have you. No one can kill your ability to love again in the future. So when the time is right, give yourself permission to move on and rise up again.”
Matthew Hussey – The author of Get The Guy: Learn Secrets of the Male Mind to Find the Man You Want
May 13th, 2022