“As I look back on my life, I realize that every time I thought I was being rejected from something good, I was actually being re-directed to something better.” Dr. Steve Maraboli
Manchester, kota dengan rintik hujan yang tak henti membasahi setiap sudut kota terlihat seakan dibungkus tirai lembut transparant dari segala arah. Perlahan hujan berhenti bagaikan langit kelabu yang baru saja menyeka tetesan lembut air matanya yang berhamburan di bumi.
Saya dan Arsyl menyusuri jalan setapak yang masih basah dengan rintik hujan memenuhi setiap cekukan jalanan. Cahaya bulan purnama dan kerlipan bintang membuat refleksi setiap genangan air bagaikan butiran berlian yang terangkai membentuk formasi kalung.
“Arsyl, hari ini saya yang masak karena kamu lagi bersedih.”
“Lebih tepatnya patah hati karena saya merasa di reject.” Menghela nafas dengan sinar mata yang kelam.
“ Arsyl, rejection, painful as it may be, signifies redirection and growth as you stride forward. ”
Kami lanjut menapakkan kaki meninggalkan Moberly Hall yang tepat berada di samping library dari Manchester University. Sepanjang jalan, pepohonan besar terlihat gersang karena dedaunan berjatuhan di musim gugur saat itu.
“Arsyl , pepohonan ini adalah contoh rejection adalah redirection in nature. Kamu lihat daun yang berguguran seakan di reject oleh pohon , namun sebenarnya itu adalah redirection of energy. Guguran dedaunan bahkan menjadi kompos yang akan memberi nutrisi pada pohon tersebut. ”
” Kamu tahu proses gugurnya dedaunan dan kembali bertumbuh menunjukkan bahwa rejection akan berfungsi sebagai apa ?”
“Redirection for renewal and sustainability ?” mata kelam Arsyl terlihat mulai bersinar.
“Exactly, pohon adalah perumpamaan dari kita sebagai mahluk hidup. Oh well, sekarang kamu sudah bisa tersenyum berarti sudah bisa prepare for our dinner malam ini.” Kami tertawa terbahak dan berlari kecil melanjutkan perjalan ke Whitworth park.
“Rejection is not a reflection of your worth, but a redirection to something better.”
