0062 8119985858 info@sarahbeekmans.co.id

“Working hard for something we don’t care about is called stress; working hard for something we love is called passion.”

-Simon Sinek

 

Beberapa bulan lalu saya sengaja mengajak team saya tiga orang yaitu Izza, Nida dan Lia untuk melihat dua pameran terbesar di dunia yaitu Hong Kong Jewelry Show di HKCEC Building dan Hong Kong Gems Tradeshow di Asia World Expo.

 

Selain itu, ini merupakan kali kedua saya membawa team saya ke Hong Kong untuk photoshoot kalung koleksi terbaru yang akan segera launching.

 

Sebelum menuju airport untuk kembali ke Indonesia, kami mampir ke supermarket terlebih dahulu untuk membeli camilan buat kami berempat. Agar tidak repot membawa koper turun naik eskalator mall, koper saya dan koper Nida saya titipkan ke Izza dan Lia yang sedang berada di luar mall.

 

Sedangkan saya dan Nida langsung turun ke low ground mall untuk menuju Marketplace by Jason’s yang merupakan sister company dari Wellcome Chain Store.

 

Bentuk supermarket ini tidak sebesar Wellcome di Causeway Bay namun yang saya suka dari tempat ini adalah karena fokus ke barang-barang import dengan harga yang sangat reasonable untuk standard Hong Kong.

 

Saya dan Nida lalu mengambil trolley dan berjalan maju mundur cantik di antara rak untuk mencari roti, seaweed, strawberry Korea dan brie cheese, keju Perancis favorite saya.

 

Keju ini bentuknya lunak dan dibungkus dengan kulit yang lumayan keras, perpaduan yang sungguh sempurna karena keju lembut di dalamnya akan langsung meleleh di lidah saat digigit. Yummy.

 

Dalam perjalanan menuju cashier saya melihat tumpukan ikan salmon segar yang berada di atas serpihan es batu, tumpukan-tumpukan ikan tersebut terdiri dari ikan salmon utuh, potongan daging ikan dan juga kepala ikan salmon yang berukuran cukup besar.

 

Saya lalu spontan menunjuk ke arah potongan kepala ikan dan berkata kepada Nida, “Nida, ini ikan favorite saya sewaktu kuliah di Inggris, terutama bagian kepala ikannya. Rasanya enak sekali kalau di gulai.”

“Oh begitu yah bu”, kata Nida menghampiri sambil menyunggingkan senyumannya.

 

Saya lanjut menceritakan dengan berapi-api dan mata yang berbinar-binar saking excited-nya karena membayangkan kenikmatan gulai kepala ikan salmon yang dimasak dengan satu sendok full cinta yang membara. #haseeekk

 

Untuk membuat kari ikan salmon tersebut memang penuh perjuangan tidak hanya dalam proses memasak tetapi juga bahan baku dimana sebagian bumbu harus dikirimkan dari Indonesia karena di Chinese supermarket di Leeds tidaklah lengkap.

 

Saya teringat di zaman saya pertama kali diajarkan memasak kari ikan tersebut oleh house mate saya, Pak Ngadirin. Prosesnya cukup memakan waktu serta juga membutuhkan kesabaran dan kekuatan tingkat dewa, dimana kepala ikan tersebut harus dibersihkan sampai benar-benar bersih lalu direndam dengan air perasan jeruk nipis.

 

 

Setelah itu proses menghaluskan bawang putih, bawang merah, kemiri, biji ketumbar dan kunyit semuanya dicampur menjadi satu dengan takaran yang harus pas sebelum ditumis di wajan.

 

Proses memasukkan santannya pun juga harus perlahan dan penuh perjuangan karena tidak bisa ditinggal begitu saja agar ikannya tidak hancur jika dibolak balik.

 

Api juga harus diperhatikan besar kecilnya, saya jadi belajar kapan api sudah harus dikecilkan sambil tetap diaduk karena jika lengah sedikit santannya akan menggumpal.

 

Setelah itu saya memasukkan bahan lainnya, seperti serai, lengkuas, daun salam, daun jeruk, cabe rawit dan air perasan jeruk nipis, sambil tetap diaduk hingga santan berubah menjadi warna kuning keemasan, warna yang tentunya telah ditunggu-tunggu sedari tadi. Tidak lupa memasukkan telur ayam rebus agar bau amis dari kepala ikan tersebut hilang.

 

Repot ? Rumit ? Memang kedengarannya sepele tapi untuk saya sebagai student yang sedang sibuk mengerjakan tesis, waktu yang saya luangkan tersebut adalah suatu perjuangan besar.

 

Ada rasa cinta yang terasa di setiap adukannya. Memasak dengan melibatkan cinta berarti memasak dengan sungguh-sungguh dengan mengerahkan segala kemampuan yang dimiliki, sehingga hasil yang didapatkan pun akan berbeda dengan memasak secara asal-asalan.

 

Perasaan cinta yang saya tumpahkan seutuhnya di saat saya memasak tersebut membuat saya merasa penuh semangat dan bahagia. Dari memasak kari kepala ikan salmon inilah makin mengingatkan saya bahwa keahlian dalam suatu hal jika digabungkan dengan cinta akan menghasilkan sesuatu yang masterpiece. #eaaaaa

 

Hal tersebut tidak hanya dalam hal memasak, dalam segala hal cintalah yang menjadi motor penggerak utama saya dalam berkarya because love never fails.

 

“If you do what you love, you inspire yourself and awaken the hearts of others”

Unknown

 

April 2nd, 2018

 

Bagikan ini:
error: Content is protected !!