“Gentle reminder : If you feel “ off track” please remember that there is no “track”. This is your life. It ebbs and flows and twists and halts and speeds up. It all belongs. Stop trying to be a robot who is productive and perfect all the time. You’re not a robot. You’re a human. Be alive to it all.”
Jamie Veron – American Writer
Macau adalah salah satu negara selain Liechtenstein, British Virgin island, Palau, Anguilla dan Nieu yang tidak mempunyai utang sama sekali. Tidak hanya sebagai negara yang kaya raya, Macau sangat kaya akan budaya Portugis karena pernah menjadi jajahan negara tersebut. Mulai dari bangunan, air mancur , patung pahatan ala Rome, rumah traditional hingga batu mozaik yang masih mendominasi di hampir sudut trotoar dipenuhi sentuhan khas Portugis.
Selain itu budaya kulinernya pun sangat kental misalnya salah satu makanan khas yang mainstream yaitu Portugese egg tart atau Pastel de Nata. Egg tart yang lembut dengan perpaduan isian yaitu susu dan telur yang wangi dan lembut dapat ditemui disetiap kelokan jalanan sepanjang city centre.
Salah satu tempat yang paling terkenal adalah di Koi key bakery, egg tart-nya sangat lembut dan hanya butuh beberapa kunyahan lembut sebelum lumer dengan sendirinya dan meluncur dengan sempurna melewati tenggorakan. Sehari setelah typhoon wipha memporak porandakan Macau dan kami masih terjebak di dalam airport.
Saya dan mbak Patsy berbaring beralaskan karpet dan berbantalkan jacket yang kami gulung menyerupai bantal. Keheningan subuh dan langit yang tadinya berselimutkan rembulan perlahan beranjak pergi dan siap digantikan oleh gelayut sinar mentari.
“Mbak Patsy, dari sejak geret-geret koper pas typhoon sampai sekarang aku sudah beberapa kali menahan tangis tapi kemarin akhirnya dilihat oleh Chloe dan Sophie.”
“Tidak apa-apa mbak Sarah, memang badainya seram. Hebat kita bisa sampai dan bertahan di airport itu artinya kita wanita yang strong.” Mbak Patsy menengok kearah saya mencoba menenangkan.
“Sedih sekali, mbak. Semua rencana jadi berantakan. Manila batal, meeting aku ke Eropa pun jadi kacau balau jadwalnya dan kenapa saat anak-anak ikut, badainya datang. Kasihan mereka masih kecil sudah merasakan musibah seperti ini dan tidak tahu kapan berakhirnya.”
Air mata kembali mengalir dari yang tadinya perlahan semakin deras berjatuhan tak henti. Mata yang masih sembab karena tertidur dengan linangan air mata yang akhirnya mengering di pipi, kini kembali basah.
“Tidak apa kalau Chloe Sophie lihat mamanya menangis, mamanya kan juga manusia.” Semakin membesarkan hati dan menatap saya dengan senyuman yang lembut.
“Terima kasih yah mbak Patsy, ikut mengalami badai bersama. Padahal rencana mbak Patsy balik Indonesia dari Hong Kong.”
“Tenang mbak Sarah, kita pikul bersama. Lagipula kita tidak kelaparan, walau toko tutup semua. Masih ada egg tart dan kopi Indonesia . Anak anak mbak juga tidak rewel.” Saya pun membalas senyum mbak Patsy yang terasa hangat dihati.
Sepotong kenangan yang membuat saya makin menyadari bahwa adalah suatu hal yang normal jika strong people also feel weak at times and I shouldn’t let those weak moments break my self-trust. Being strong doesn’t mean that I won’t feel hurt and vulnerable. There are incidences that can be so hurtful that bring me on the verge of a breakdown, but you know what, it’s okay to feel weak and cry my eyes out. I shouldn’t forget that I am also humans with feelings.
Saya tidak boleh berpura-pura seolah apa yang saya alami baik-baik saja hanya demi stereotype masyarakat yang memandang menangis hanya untuk pihak yang lemah. Menangis bukan berarti lemah, menangis adalah luapan emosi yang normal dan bukankah tanpa aliran emosi, saya tidak lebih dari sebuah robot ?
“What are you afraid of ? What do you want to achieve? What do you think is in your way?I am not here to tell you what to do or how to live your life. But I believe in your greatest expression and I am gonna hold space for you to give permission to be honest, to be vulnerable. We’re so afraid of being vulnerable. We’re terrified of being honest.We’re so used to being judged and being held to a standard that society sets for us. That we don’t give ourselves permission to even ask these questions. Let alone answer them.” Rich Roll – Vegan ultra-endurance athlete and full-time plant-based nutrition advocate
July 24th, 2022