“Find someone who will sit quietly with you when the world within you is loud.”
Saya dan Chloe duduk di meja, menunggu Palak Paneer pizza yang sudah dipesan, dikelilingi oleh kebisingan restaurant yang seakan tak pernah berhenti. Bunyi panci berdenting di dapur, gelas beradu keras, dan suara minyak mendesis dari wajan yang terus sibuk, semuanya melebur dalam kegaduhan.
Obrolan dari meja sebelah terdengar terpotong-potong, diselingi tawa keras yang saling bersahutan. Di sudut lain, percakapan samar bercampur dengan suara anak kecil yang berlarian riang, menambah hiruk-pikuk yang mengisi ruang.
Di tengah semua itu, pikiran saya melayang seperti kereta yang melaju tanpa rem, berputar-putar di lingkaran kekhawatiran mulai dari pekerjaan yang menumpuk hingga jadwal tradeshow yang menekan. Dunia luar riuh, dan dunia dalam kepala saya tak kalah bising.
Namun, di hadapan saya, Chloe duduk dengan tenang. Wajahnya damai, tak tergoyahkan oleh kegaduhan di sekeliling kami. Matanya sesekali melirik saya, tanpa kata-kata, tanpa pertanyaan, hanya kehadiran yang penuh, tulus, dan tak bersyarat.
Di tengah kebisingan yang mengelilingi, Chloe menjadi penawar kegelisahan. Tidak perlu ada percakapan panjang untuk meredakan gemuruh di kepala saya, hanya duduk bersamanya, saya menemukan ketenangan yang seolah menggantikan semua kekacauan.
Ada keindahan dalam hening yang dibagi bersama seseorang yang mengerti tanpa perlu penjelasan. Kadang, saat dunia berteriak dan pikiran ikut bergemuruh, yang kita butuhkan hanyalah keberadaan seseorang yang mampu meneduhkan, memberi ruang bagi jiwa kita untuk bernapas.
Dan dalam kebersamaan itu, bahkan di tengah riuh, kedamaian terasa begitu dekat, murni, utuh, dan tak tergantikan. Thank you Chloe sayang, for being the calm in my storm, where silence speaks the purest love.
“True peace is found in the presence of one who understands your unspoken battles.”
Part 12.

