0062 8119985858 info@sarahbeekmans.co.id

“I sought manners for thirty years and I sought knowledge for twenty years. The righteous predecessors would seek manners and then seek knowledge.”

 

“Aku belajar adab selama tiga puluh tahun dan belajar ilmu selama dua puluh tahun. Dahulu, orang-orang belajar adab dulu sebelum belajar ilmu.”

Abdullah ibn mubarak

 

Setelah menyelesaikan pendidikan di Baltimore, America, saya sempat kembali ke Indonesia sebelum melanjutkkan pendidikan di Basel, Swiss. Tak disangka, di saat saya berada di Indonesia, sahabat saya Chris mengabarkan jika Ia ingin berkunjung ke Indonesia.

 

Di sore hari yang kemilau, saya menuju airport untuk menjemput Chris. Dari balik jendela kaca mobil, terlihat mentari tersenyum dengan indahnya di bumi pertiwi ini, dan saya pun ikut tersenyum seakan membalasnya.

 

Senyuman terima kasih saya terhadap sang surya karena telah menyinari dan menghangati wajah dan hati saya dengan semburat orangenya di hari ini.

 

Dari dulu saya menyukai sunrise ataupun sunset, namun tidak bisa mengalahkan spesialnya semburat cahaya sunset, apalagi cahaya sunset pada sore hari itu.

 

Bagi saya sunset adalah saat yang tepat untuk berterima kasih kepada Allah, karena bagi umat islam pergantian hari adalah di saat maghrib, di mana mentari dengan semburat orange kemerahannya terbenam di ufuk barat. A New day,a new spirit and hope.

 

Setelah beberapa hari di Indonesia, Chris banyak bertanya tentang Indonesia termasuk mengenai Islam dan saya tidak bisa menjelaskan, jangankan dalam bahasa Inggris dalam bahasa Indonesia pun saya tidak bisa, karena pertanyaannya terlalu berat buat saya yang ilmu agamanya masih sangat sedikit.

 

Kebetulan sepupu saya Kak Heria mempunyai teman yang bernama Mas Dadang. Beliau mempunyai pengetahuan yang cukup mendalam mengenai Islam dan sangat fasih berbahasa Inggris, karena beliau adalah CEO dari salah satu multinasional company dan sempat beberapa kali bekerja di luar negeri.

 

Berkat saran Kak Heria, kami pun berangkat ke Bogor untuk menemui Mas Dadang di rumahnya. Sesampainya di sana, Mas Dadang dan Istri, serta anak-anaknya menyambut kami dengan senyum yang sangat ramah.

 

Sebelum saya beranjak ke dapur untuk mengobrol dengan istri Mas Dadang, saya sempat melihat bagaimana cara sopan santun, hikmat, serta begitu hormatnya sikap Chris dalam mendengarkan semua penjelasan Mas Dadang. Bahkan, Chris lebih memilih duduk di lantai ketika Mas Dadang duduk di kursi dengan sebuah meja kotak persegi yang membatasi mereka.

 

Keesokan harinya, mereka berjanji untuk bertemu lagi di rumah Mas Dadang pada pukul 10 pagi. Disaat Chris ingin berangkat lebih cepat, saya sempat protes kepadanya, Chris lalu menjelaskan bahwa pukul 9.45 adalah waktu paling lambat dia tiba di sana. Sehingga disaat kami tiba 1 jam lebih cepat, kami menunggu dulu di luar dan 10 menit sebelum jam 10 kami baru berani membunyikan bel rumahnya.

 

Chris lalu menerangkan bahwa sejak kecil dia diajarkan oleh orang tuanya untuk belajar etika seperti antri dan disiplin dalam waktu sebelum belajar berhitung dan membaca, dan ternyata itu adalah bagian dari adab.

 

Chris lalu menambahkan, “Adab tidak hanya sebatas tata krama atau etika, adab adalah mengagungkan dan menjadikannya fondasi utama sebelum menuntut ilmu itu sendiri. Bahkan sekecil apapun ilmu yang saya pelajari, ilmu tersebut akan membawa berkah buat saya karena keihklasan Mas Dadang terhadap saya sebagai muridnya dalam proses belajar mengajar.”

 

Hati kecil saya akhirnya ikut menyelami makna kata adab tersebut. Saya merasa malu karena selama ini saya terlalu picik dan sempit memaknai arti adab, karena jika hanya sebatas etika dan sopan santun, mana mungkin ulama zaman dulu begitu mengagungkan dan menjadikan adab sebagai fondasi utama sebelum menuntut ilmu.

 

Di saat senja mengiringi perjalanan pulang kami, Chris berkata dengan tatapan sangat mendalam serta suara yang sangat lembut dan syahdu, “Sarah, ilmu itu penting, tapi kita jangan sampai melupakan adab. Adab itulah yang membentuk kita sebagai manusia agar tidak selingkuh antara tingkah laku berupa amal kita dan ucapan lisan dan tulisan berupa ilmu kita . Mari kita menahan lisan dan tulisan dari hal yang buruk.”

 

“Kreekkk”, tiba-tiba saya mendengar suara pohon tumbang dan rasanya ingin berlari keluar dari mobil tapi disaat saya menegok, saya bingung melihat Chris dengan wajah gantengnya hanya duduk tenang seakan tidak terjadi apa-apa. Setelah beberapa detik, saya baru sadar ternyata itu bukan suara pohon tumbang tapi bunyi suara hati saya yang ambruk karena terharu akan perkataaan Chris. #eeaaaa

 

January, 26th, 2018

 

respect respect

Bagikan ini:
error: Content is protected !!